haaaii guyssss, udah lama nih saya gak nulis blog, jadi kangen deh.. #ceilehh :p
kali ini saya akan share pengalaman pribadi waktu tes seleksi masuk kerja di PT. Kalbe Farma Tbk, lebih spesifiknya di posisi Medical Represenrative (MR/MedRep)...
oiya, pembaca udah pada tahu perusahaan ini apa belum?
ahhh,, pasti udah pada tau yaa, secara kan Kalbe Farma ini merupakan perusahaan yg besar dan terkenal di Indonesia :)
ahhh cukuplah basa basinya, dari pada pembaca keburu bosan :D oke dehh langsung aja yaa, cekidooottt...
pengalaman saya nih masih tergolong fresh banget dari waktu penulisan konten ini...
jadi gini, awalnya saya mengikuti job fair di uns surakarta pada tanggal 3 mei 2018. dievent tersebut saya coba-coba melamar di tiga perusahaan yg berbeda, salah satunya ya kalbe farma ini sobat.
okelah, setelah saya selesai drop CV dibooth nya, kemudian ane pulang ke rumah. pada hari yg sama itu, sorenya saya dapat sms dari pihak kalbe, kalau saya diundang untuk mengikuti serangkaian tes untuk menjadi pegawai pada posisi MedRep pada tgl 4 mei 2018, berarti sehari setelah drop CV yak :o jujur aja sobat, saya gak paham tentang seluk beluk posisi ini, secara kan background pendidikan saya peternakan :D
okelah, dengan perasaan tanpa asa, saya tetep datang untuk mengikuti proses seleksi pada hari yg sudah dijadwalkan tadi. jadi rangkaian proses seleksi yg saya alami sperti ini sobat:
1. jam 8 pagi kita mulai tes psikotes tahap 1 yg meliputi tes wartegg (bukan warung tegal lho ya :p), tes gambar pohon, tes gambar manusia. setelah pengerjaan selesai, selang 10 menit diumumin hasilnya. alhamdulillah ane lolos :)
2. nah setelah itu lanjut tes psikotes tahap 2 yg meliputi tes deret angka, logika kata, logika gambar, tes koran, dan beberapa tes lagi, saya lupa soalnya :D.. setelah selesai mengerjakan, peserta disuruh istirahat dulu sambil menunggu hasilnya, kan capek ya kalo mikir terus dari jam 8-12 siang :((( nah, kebetulan harinya hari jumat, jadi saya langsung sholat jumat di masjid kampus ini dan juga lanjut makan siang. jujur aja gan, saya gak yakin lolos di tes tahap 2 ini, soalnya tes koran saya cuma ngerjain 1,5 halaman, padahal peserta di deket saya udah pada ganti kertas kerja baru :(((... setelah jam 1.15 siang, seluruh peserta dipersilahkan masuk ruangan kembali untuk pengumuman hasil tes tahap 2. amazing dah, saya bisa lolos dari tahap ini :)))
3. okela saya lanjut tes tahap 3. tesnya adalah forum group discussion (FGD), perkelompok diisi 6 anggota. you know gan, ini adalah pengalaman pertama saya mengikuti tes FGD :( disinilah saya merasa pesimis untuk kedua kalinya dalam satu hari :D
tapi karna doa orang tua dan ridhlo allah, saya mengakhiri pengalaman pertama FGD dengan hasil lolos :)) thanks to god and mom :* 🙏
4. lanjut tes tahap 4 gan, tesnya interview HRD kali ya :p wah di tahap ini saya merasa kurang beruntung gan, soalnya saya merasa spesial karna interviewer saya 2 orang, padahal peserta lain cuma 1 orang :( untungnya kedua ibu nya baik, gak nakalin saya :p disitu saya dicecar (ceileh) banyak pertanyaan seputar kehidupan pribadi dan pengalaman kerja sebelumnya, saya pun cuma bisa jawab dengan polos dan jujur :p :D
nah, tibalah pengumuman tahap ini, ternyata keberuntungan saya masih berlanjut, saya dapat lolos :)))
5. setelah itu, peserta yg lolos diminta masuk keruangan, disitu kita semua disuruh menghafal 10 istilah latin di dunia farmasi dalam waktu 3 menit, setelah itu kita disuruh menulis ulang 10 istilah tersebut dalam waktu 6 menit. disinilah saya merasa pesimis untuk kesekian kalinya dalam 1 hari :'( soalnya kan kemampuan ingatan saya kurang kuat :( maklum, kebanyakan mikir negara :D oiya, ditambah lagi disuruh ngerjain formulir untuk mengetahui karakter pribadi kita (paling sesuai/paling tidak sesuai) dan diakhiri dengan foto bersama. dan juga dipresentasiin all about pekerjaan MedRep dan gajinya.
tesnya bersambung disini dulu gan #/&$%*
naaahh, ternyata setelah sesi tersebut, peserta yg lolos untuk mengikuti proses medical check up akan diumumin via all sosmed kalbekarir. katanya sih, tes kesehatan ini menjadi final tes.
doakan saya bisa lolos sampe tahap akhir yaaa sobatt :)
yah, mungkin cukup sekian pengalaman yg bisa saya share gan. semoga dapat bermanfaat bagi pembaca yg akan mengikuti tes MedRep kalbe farma selanjutnya.
tidak lupa juga saya meminta maaf apabila ada kata-kata yg lebay, maklumin saya masih muda :D
see you next post guys :*
Saturday, May 5, 2018
Thursday, November 2, 2017
Cara Mudah Membuat Jerami Amoniasi
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.2.1.
kualitas amoniasi dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti asal atau bahan pakan, temperatur penyimpanan, kepadatan dan kondisi
anaerob pada proses amoniasi berlangsung. Oleh karena itu, selama pembuatannya,
temperatur penyipanan harus diatur, dan plastik yang digunakan untuk memeram
jerami diikat kencang kondisi anaerob dapat tercapai.
Penambahan urea dalam pembuatan jerami amoniasi adalah
sebagai sumber amoniak bahan pakan. Menurut Kartadisastra (2007), urea dalam proses amoniasi berfungsi untuk menghancurkan
ikatan-ikatan lignin, selulosa dan silika yang terdapat pada bahan pakan. Lignin,
selulosa, dan silika merupakan faktor penyebab rendahnya daya cerna bahan
pakan.
Hasil
jerami amoniasi yaitu berwarna kecoklat-coklatan, tekstur lembut dan lunak,
berbau menyengat, pH 6 serta tidak berlendir dan berjamur. Hal ini berarti
amoniasi yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik, sesuai dengan pendapat
dari Marjuki (2008), bahwa keberhasilan
proses urea amoniasi setelah proses tersebut selesai (paling cepat 2 minggu)
dapat diamati secara fisik, kimia maupun biologis. Secara fisik, urea amoniasi
mempunyai bau amonia yang kuat pada saat tempat pemeraman (silo) dibuka. Bau
amonia yang kuat menunjukkan bahwa urea telah terhidrolisis secara maksimal
menjadi amonia. Amonia hasil hidrolisis urea terikat/terserap oleh jerami padi
dan bertindak sebagai penyebab meningkatnya kualitas jerami padi. Warna jerami padi yang diamoniasi dengan baik
akan berubah dari coklat muda kekuningan menjadi coklat tua dan merata. Tekstur
jerami amoniasi menjadi lebih lembut dan lunak meskipun jerami tersebut sudah
dikeringkan. Amonia dalam proses urea amoniasi dapat mencegah tumbuhnya jamur,
sehingga tidak terdapat jamur pada jerami padi amoniasi walaupun diperam dalam
jangka waktu yang lama. pH jerami amoniasi 8 (basa) karena sifat penambahan
amonia membuat keadaan menjadi 8.
Bahan:
1. Plastik
2. Tali
3. Semprotan
4. pH meter
1.1.
1.1.1.
1.1.1.1.
5.
Jerami Padi 1 kg
6.
Urea 87 gram
7. Air 1 liter
Metode:
1. Melarutkan
urea dengan air.
2. Larutan
urea di semprotkan ke jerami padi agar kandungan airnya menjadi 60%.
3. Jerami
padi dimasukkan kedalam plastik dan dilakukan penekanan agar menjadi padat.
4. Plastik
yang berisi jerami padi kemudian ditali dan diperam selama 14 hari.
5. Identifikasi
dilakukan setelah 14 hari. Plastik yang berisi amoniasi dibuka.
6. Jerami
amoniasi di angin-anginkan
CARA MUDAH MEMBUAT SILASE DARI RUMPUT RAJA
Bahan utama yang digunakan
dalam pembuatan silase adalah hijauan yaitu rumput raja. Selama proses
pembuatannya, rumput yang telah dicampur dengan molases dimasukan ke dalam silo
secara berlapis dan dilakukan pengepresan sehingga dicapai kondisi anaerob.
Silo yang digunakan dalam praktikum ini terbuat dari plastik dan di peram
selama 14 hari. Menurut Heinritz (2011), selama proses pembuatannya, rumput
dalam silo disimpan dalam tempat kedap udara selama kurang lebih tiga minggu.
Penyimpanan pada kondisi kedap udara tersebut menyebabkan terjadinya fermentasi
pada bahan silase.
bahan:
1. Plastik
2. Tali
3. pH meter
4. Rumput 1
kg
5. Molases
100 gram
1.
2.
3.
3.1.
3.1.1.
cara pembuatan:
1. Rumput yang
sudah dicacah sekitar 5 cm dicampur dengan molases.
2. Cacahan
rumput dimasukkan ke dalam plastik, kemudian dilakukan penekanan untuk setiap
lapisan agar padat.
3. Plastik
kemudian ditali agar keadaanya anaerob.
4. Pemeraman
dilakukan selama 14 hari.
5. Identifikasi
silase setelah 14 hari. Silase dikeluarkan dari plastik kemudian
diangin-anginkan.
6. Silase
yang berjamur dipisahkan untuk ditimbang.
Melakukan identifikasi silase meliputi warna,
bau, tekstur dan pH.
Penampungan Sperma
Penampungan Sperma dilakukan dengan
menyiapkan vagina buatan pada suhu 36
°C.Pejantan disiapkan dengan mendekatkan pada pemancing.Penampungan semen
dilakukan setelah false mounting 3-5 kali. Uji kualitas semen segar secara
mikroskopis dan makroskopis di laboratorium sesuai dengan standar Balai
Inseminasi Buatan Singosari (Muchtaromah, 2011).
Kuantitas sperma yang diejakulasikan kelinci sedikit yang terbuang.Vagina Buatan tipe Walton rata-rata
hanya kehilangan 10% dari total sperma yang diejakulasikan. Persiapan sebelum
perlakuan penampungan semen setidaknya dilakukan 3 kali false mounts dengan cara mengelus punggung pejantan dengan
didekatkan pada kelinci betina (Amann dan Foote, 2004).
Koleksi semen dengan menggunakan vagina buatan dengan suhu 42 – 45°C yang
selanjutnya dimasukkan dalam termos dengan suhu 37,5°C.Semen disimpan dalam
waterbath sambil dievaluasi kualitas semen dengan menghitung persen hidup,
konsentrasi sperma, dan banyaknya pengencer dengan melihat terlebih dahulu
kualitas semen dengan kriteria: gerakan massa ++ s.d. +++, motilitas > 70%,
tidak bau kencing, konsentrasi sperma >1000 x 106/ml dengan
konsistensi sedang hingga kental dan warna putih kekuningan hingga krem. Semen
diencerkan dengan konsentrasi 100jt/ml atau 25 juta per dosis straw, dikemas dan diequilibrasi
kemudian dimasukkan kedalam container berisi nitrogen cair bersuhu -196°C
(Affandhy, 2007).
Warna semen rata-rata
yang diperoleh tidak secara jelas menunjukkan perbedaan semua semen berwarna
putih susu. Warna semen ini sangat berkaitan dengan konsistensi (kekentalan)
dan konsentrasi sperma.Semakin encer semen berarti konsentrasi spermatozoa semakin rendah dan warna
semakin pucat (Situmorang et al., 2000)
Spermatologi
Pengelompokkan abnormalitas spermatologi, makaabnormalitasspermatozoa primer, yaitu abnormalitas
yangmempunyai hubungan erat dengan kepalaspermatozoa
dan akrosom, pada penelitian iniditemukan 13 jenis kelainan yaitu pearshape ataunarrow
at the base, narrow (tapered head),abnormalcontour, undeveloped,
round head,variable size (macrocephalus/microcephalus),double
head, abaxial, knobbed acrosome (KA)defect, detached headdan diadem (Ax et al., 2000).
Morfologi spermatozoa diamati dengan cara melihat
bentuk spermatozoa dan menghitung
jumlah spermatozoa sebanyak 500 sel dengan perbesaran 400x. Semua jenis
abnormalitas spermatozoa yang
ditemukan dicatat dan diklasifikasikan.Pengklasifikasian jenis abnormalitas spermatozoa primer dilakuan berdasarkan
temuan yang didapat ketika pengamatan. Kelainan spermatozoa primer dapat seperti pearshaped, narrow at the base, narrow (tapered head), abnormal
contour, underdeveloped, round head, variable size (macrocephalus), double
head, abaxial, knobbed acroseme defect, detached head dan diadem(Riyadhi et al., 2010).
Motilitas spermatozoa dapat terjadi karena adanya energi yang diperoleh dari
seminal plasma atau pengencer berupa hasil rombakan adinosin tri fospat (ATP) didalam selubung mitochondria melalui
reaksi penguraian menjadi adenosine di fosfat (ADP) dan adinosine mono fosfat
(AMP).Seminal plasma mengandung komponen laktosa, fruktosa dan raffinosa yang
berfungsi sebagai sumber enersi untuk motilitas spermatozoa(Nur Ihsan, 2011).
Kepala spermatozoa terdiri atas sel
berinti dengan sedikit sitoplasma dan lapisan membran sel di sekitar
permukaannya.Di bagian luar terdapat selubung akrosom yang dibentuk dari alat
Golgi.Akrosom ini mengandung enzim yang serupa dengan enzim yang ditemukan pada
lisosom pada sel-sel tertentu, termasuk hialuronidase, yang dapat mencerna
filamen proteoglikan dari jaringan, dan enzim proteolitik yang sangat
kuat.Enzim-enzim tersebut mempunyai peranan penting dalam hal memungkinkan
sperma untuk membuahi ovum. Ekor spermatozoa atau flagellum, memiliki 3
komponen utama, yaitu: rangka pusat, membran sel, dan sekelompok mitokondria
yang terdapat pada proximal dari ekor(Nallella,2005).
Karakteristik hidup atau mati spermatozoa dilakukan dengan cara meneteskan pewarnaan eosin B dan
nigrosin di atas kaca benda yang berisi spermatozoa.Spermatozoa
mati berwarna merah keunguan, sedangkan spermatozoa
yang hidup akan terlihat berwarna putih pada bagian kepala. Spermatozoa yang abnormal ditandai
dengan kepala ganda, ekor putus, ekor hilang dan rusaknya membran plasma (Fitriani et al., 2010).
Analisa semen dilakukan diatas meja dengan mikroskop
dengan teknologi gerak kontras dan heated
stretching table.Sempel diletakkan diatas meja bersuhu 37°C dan ditutup
dengan coverslip. Deteksi pergerakan spermatozoa/ waving dapat di nilai dengan tanda + yaitu indikator sangat kuat
(++++), kuat (+++), sedang (++), lemah (+), sangat lemah (+\-) dan tidak ada (
- ) (Barszczet al., 2012).
Organ Reproduksi Ternak Betina
1. Sapi
Alat
kelamin betina dapat dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu :
a. Gonad atau ovarium,
merupakan bagian alat kelamin primer yang fungsi utamanya menghasilkan sel
telur (ovum), oleh karena itu dalam
bahasa Indonesia yang seringkali
disebut induk telur, indung telur atau ada pula yang memberikan nama pengarang
telur.
b. Saluran-saluran
reproduksi betina terbagi menjadi oviduct
atau tuba falopii, uterus (terbagi atas cornua uteri dan corpus uteri), cervix dan
vagina.
c. Alat kelamin
bagian luar terdiri atas clitoris dan
vulva (Tongku, 2006).
Organ reproduksi betina
terdiri dari ovarium sebagai organ
reproduksi primer. Organ reproduksi sekunder terdiri dari oviduct ,uterus, cervix, vagina dan vestibulum. Organ reproduksi luar
terdiri dari clitoris dan vulva.
Saluran reproduksi betina berfungsi menerima ovum yang diovulasikan, menampung spermatozoa, tempat terjadinya pembuahan, tempat pemeliharaan embrio, tempat pembesaran embrio sampai menjadi fetus dan pengeluaran fetus (Riyanto,
2002).
Ovarium adalah
organ primer reproduksi pada betina. Ovariumum
merupakan sepasang kelenjar yang teridi dari ovarium kanan yang terletak dibelakang ginjal kanan dan ovarium kiri yang terletak dibelakang
ginjal kiri. Jarak antara ovarium dan
ginjal yang bersangkutan bervariasi dari sepesies ke spesies. Kebanyakan spesies hewan ovarium merupakan struktur yang bentuknya menyerupai biji almond (Suhargo, 2005).
Oviduct disebut
juga tuba falopii adalah sepasang
tabung berkelok-kelok membentang dari dekat ovarium
sampai dengan ujung uterus. Oviduct adalah tempat fertilisasi dan
pembelahan sel awal embrio. Oviduct berbentuk corong pembukaan dekat indung
telur adalah infundibulum. Beberapa spesies seperti
kucing
dan kelinci, infundibulum membentuk bursa sekitar ovarium.
Sapi, domba, babi dan kuda infundibulumnya terpisah
dari ovarium. Bagian ujung infundibulum membentuk suatu fimbria. Infundibulum
berperan aktif dalam ovulasi, yaitu
menangkap ovulasi ovum dari ovarium dan mengarahkannya menuju kebukaan abdominal dari tubafalopii. Panjang tubafalopii
berkisar 25 cm (Frandson,
2006).
Vagina
terletak antara kandung kemih dan leher rahim. Vagina adalah tempat deposisi semen selama kopulasi. Vagina juga berfungsi sebagai sebuah
lorong atau saluran keluarnya anak sapi saat kelahiran. Salah satu fungsi penting dari vagina adalah sebagai garis pertahanan terhadap invasi oleh bakteri. invasi
oleh bakteri
adalah masuknya bakteri ke dalam organ reproduksi. Epitel vagina
mengeluarkan cairan yang menggabungkan dengan cairan cervix untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan.
Perlindungan dari infeksi mungkin tidak cukup ketika kondisi lingkungan yang
tidak sehat, atau peralatan suntikkan kotor yang digunakan. Akhirnya, infeksi vagina bisa menjadi masalah(Isnaeni, 2006).
Alat kelamin
luar sapi
betina terdiri atas clitoris dan vulva.Clitoris
embriologik homolog dengan penis,
sedangkan vulva homolog dengan scrotum. Kelenjar sebaceous banyak
terdapat pada
permukaan vulva. Clitoris dan vulva
memiliki banyak ujung-ujung syaraf perasa, syaraf perasa ini memegang
peranan penting pada waktu kopulasi. Clitoris
dapat sedikit berereksi karena mengandung sepasang unsur cavernus yang kecil, sedangkan vulva
dapat menjadi tegang karena bertambahnya volume darah yang mengalir ke dalamnya (Partodihardjo,
2002).
2.
Ayam
Ternak
unggas betina, biasanya yang berfungsi hanya ovarium di sebelah kiri. Waktu masih embrio, ovarium kanan dapat diketahui secara makroskopis
sampai beberapa hari setelah menetas. Menejelang unggas betambah dewasa ovarium
kanan ini hanya tinggal sisa-sisa jaringan yang hanya dapat dilihat secara
mikroskopis. ovarium kiri
pada unggas, jika terjadi kerusakan karena penyakit maka rudimen kanan membesar dan
menjadi fungsional (Nalbandov, 2000).
Alat
reproduksi ayam betina terdiri dari atas indung telur (ovarium), saluran
telur (oviduct), uterus dan vagina yang menuju kloaka.
Indung telur biasanya berisi 5-6 kelenjar kuning telur yang berkembang dan
sejumlah besar telur yang belum masak. Organ reproduksi sebagai tempat
pembentukan bibit, juga berfungsi pula sebagai organ endokrin (Akoso, 2003).
Sistem
reproduksi pada ayam betina terdiri dari ovariumum, oviduct, infundibulum, magnum, isthmus, uterus,
dan vagina. Ayam betina memiliki sepasang ovarium yang terletak
pada rongga badan sebelah kiri dan kanan. Dua
ovarium masih ada pada saat perkembangan embrionik, akan tetapi pada fase berikutnya mengalami
regresi sehingga pada saat menetas hanya dijumpai sebuah ovarium kiri
saja, sedangkan untuk ovarium pada bagian kanan mengalami rudimenter. Oviduct pada ayam terbagi menjadi lima bagian yaitu infundibulum,
magnum, isthmus, uterus dan vagina (Amrullah,2003)
.
Infundibulum mempunyai fungsi menangkap ovum (yolk)
dan tempat terjadinya fertilisasi. Infundibulum mempunyai lubang
yang disebut ostium abdominal yang berfungsi untuk menangkap ovum yang
telah masak. Panjang infundibulum adalah 9 cm dan kuning telur (ovum)
berada pada infundibulum selama 15 sampai 30 menit . Perbedaan
panjang infundibulum disebabkan
adanya perbedaan jenis makanan, penyakit, umur dan jenis unggas (Yuwanta,
2004).
Panjang magnum adalah 33
cm, magnum tersusun dari glandula tubuler yang sangat sensibel. Mukosa dari
magnum tesusun dari sel gobelet yang
berfungsi dalam mensekresikan putih telur kental dan cair. Magnum merupakan
bagian terpanjang dari oviduct. Diperlukan waktu
sekitar 3,5 jam bagi telur yang sedang berkembang untuk melalui magnum (Yuwanta, 2004).
Isthmus merupakan tempat pembentukan kerabang tipis.panjang
saluran Isthmus sekitar 10 cm
dan lama telur di Isthmus kurang lebih adalah 1,5 jam. kandungan
pada masa ini tidak secara lengkap mengisi membran kerabang dan telur
menyerupai sebuah kantung hanya sebagian yang terisi air (Suprijatna, 2005).
3.
Kelinci
Alat
kelamin kelinci betina pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian yaitu alat
kelamin dalam dan alat kelamin luar. Alat kelamin dalam terdiri dari ovarium, tuba falopii, vulva,
clitoris, vestibulum vagina dan kelenjar vestibulae.
Alat kelamin dalam ke bagian dorsal digantung oleh alat penggantung mesovarium dan ligamentum utero ovariumka. Tuba
falopii digantung oleh mesosalpink,
sedangkan uterus, cervix, dan sebagian vagina digantung oleh mesometrium (Hardjopranjoto, 2005).
Siklus reproduksi ternak merupakan rangkaian dari semua kejadian proses reproduksi yang dimulai sejak suatu ternak lahir sampai
memperoleh keturunan yang belangsung secara terus-menerus. Proses-proses
yang terjadi sepanjang siklus reproduksi ternak betina meliputi banyak hal untuk
kelangsungan siklus reproduksi. Siklus reproduksi dapat dibagi menjadi
pubertas, musim kelamin, siklus birahi, saat yang baik untuk inseminasi,
fertilitas, dan kelahiran (Partodihardjo, 2002).
Ovum yang telah
diovulasikan masuk ke tuba fallopii dan terdorong oleh kontraksi urat daging,
kemudian rambut-rambut getar (silia) mendorong
ovum ke uterus. Sewaktu ternak dikawinkan,
spermatozoa akan bertemu dengan ovum dibagian tuba fallopi yang dekat ovarium. Satu sel sperma membuahi ovum dengan membawa
setengah jumlah kromosom, maka jumlah kromosom menjadi utuh. Normalnya hanya ada satu spermatozoa yang bisa membuahi ovum (Salisbury dan
Vandemark, 2005).
CARA SEDERHANA MEMBUAT STARTER/MOL Buah
Mikroorganisme merupakan makhluk
hidup yang sangat kecil dengan kemampuan sangat penting dalam kelangsungan daur
hidup biota di dalam biosfer. Mikroorganisme mampu melaksanakan
kegiatan atau reaksi biokimia untuk melangsungkan perkembangbiakan sel.
Mikroorganisme digolongkan ke dalam golongan protista yang terdiri dari
bakteri, fungi, protozoa, dan algae (Darwis dkk., 1992). Mikroorganisme
menguraikan bahan organik dan sisa-sisa jasad hidup menjadi unsur-unsur yang
lebih sederhana (Sumarsih, 2003). Menurut Budiyanto (2002), mikroorganisme
mempunyai fungsi sebagai agen proses biokimia dalam pengubahan
senyawa organik menjadi senyawa anorganik yang berasal dari sisa tanaman dan
hewan.
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah
mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik
padat maupun pupuk cair. Bahan utama MOL terdiri dari beberapa
komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme.
Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat berasal dari hasil pertanian,
perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga. Karbohidrat sebagai sumber
nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari limbah organik seperti air
cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan daun gamal. Sumber
glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir, dan air kelapa, serta sumber
mikroorganisme berasal dari kulit buah yang sudah busuk, terasi, keong, nasi
basi, dan urin sapi (Hadinata, 2008).
Menurut Fardiaz (1992), semua mikroorganisme
yang tumbuh pada bahan-bahan tertentu membutuhkan bahan organik untuk pertumbuhan
dan proses metabolisme. Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang pada suatu
bahan dapat menyebabkan berbagai perubahan pada fisik maupun komposisi kimia,
seperti adanya perubahan warna, pembentukan endapan, kekeruhan, pembentukan gas
dan bau asam (Hidayat, 2006).
Larutan
MOL (mikroorganisme lokal) yang telah mengalami proses fermentasi dapat
digunakan sebagai dekomposer dan pupuk cair untuk meningkatkan kesuburan tanah
dan sumber unsur hara bagi pertumbuhan tanaman (Hadinata, 2008). Larutan MOL
harus mempunyai kualitas yang baik sehingga mampu meningkatkan kesuburan tanah
dan pertumbuhan tanaman secara berkelanjutan. Menurut Dale (2003), kualitas
merupakan tingkat yang menunjukkan serangkaian karakteristik yang melekat dan
memenuhi ukuran tertentu. Faktor-faktor yang menentukan kualitas larutan
MOL antara lain media fermentasi, kadar bahan baku atau substrat, bentuk dan
sifat mikroorganisme yang aktif di dalam proses fermentasi, pH, temperatur,
lama fermentasi, dan rasio C/N dalam bahan (Suriawiria,1996; Hidayat, 2006).
Lahan pertanian di Indonesia
banyak yang mengalami degradasi, ditunjukkan dengan semakin menurunnya
kandungan unsur hara, dan bahan organik dalam tanah, serta meningkatnya
pencemaran lahan pertanian karena limbah pestisida. Menurut Nugroho
(2005), degradasi lahan pertanian terjadi karena pengelolaan lahan yang tidak
tepat sehingga menyebabkan jumlah lahan kritis di Indonesia semakin bertambah
banyak. Luas lahan pertanian kritis di luar kawasan hutan mencapai 18
juta hektar pada tahun 1992 dan meningkat menjadi 25 juta hektar pada tahun
2005. Menurut Suntoro (2006), pengelolaan lahan yang kurang tepat telah mengubah fungsi tanah
sebagai ekosistem mikroorganisme tanah. Penggunaan pestisida dalam kurun
waktu yang panjang berdampak pada kehidupan biota tanah. Pupuk kimia tertentu yang
berkonsentrasi tinggi dalam waktu yang panjang menyebabkan terjadi penurunan
kesuburan tanah karena kekurangan unsur hara lainnya terutama unsur hara mikro
dan bahan organik tanah. Sekitar 60% areal sawah di Jawa mempunyai kandungan
bahan organik kurang dari 1%, sedangkan sistem pertanian dapat berkelanjutan
apabila kandungan bahan organik lebih dari 2 %. Pramono (2001 dalam
Suntoro, 2006) menyatakan, bahwa hasil analisis sampel tanah dari berbagai
daerah sentra produksi padi di Jawa Tengah seperti di Kab. Grobogan, Kab.
Sragen, Kab. Batang dan Kab. Sukoharjo menunjukkan hal yang sama, bahwa
rata-rata kandungan C-organik tanah berada di bawah 2%.
Permasalahan degradasi lahan
dapat dikendalikan dengan penerapan pengelolaan lahan secara berkelanjutan
melalui pemanfaatan potensi bahan organik yang berasal dari lingkungan sekitar.
Sumber bahan organik dapat berasal dari sisa tanaman, pupuk
kandang, serta limbah organik rumah tangga. Suntoro (2006); Atmaja &
Suwastika (2007) menyatakan, bahwa pupuk organik mempunyai kelebihan antara
lain meningkatkan kesuburan kimia, fisik, dan biologi tanah, serta mengandung
zat pengatur tumbuh yang penting untuk pertumbuhan tanaman. Penggunaan
pupuk cair dengan memanfaatkan jenis mikroorganisme lokal (MOL) menjadi
alternatif penunjang kebutuhan unsur hara dalam tanah. Menurut Purwasasmita
(2009), larutan MOL (mikroorganisme lokal) adalah larutan hasil fermentasi yang
berbahan dasar berbagai sumber daya yang tersedia. Larutan MOL mengandung unsur
hara makro, mikro, dan mengandung mikroorganisme yang berpotensi sebagai
perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan agen pengendali hama dan
penyakit tanaman sehingga baik digunakan sebagai dekomposer, pupuk hayati, dan
pestisida organik.
Menurut Hadinata (2008), bahan
utama dalam pembuatan MOL terdiri dari tiga komponen antara lain : (1)
karbohidrat berasal dari air cucian beras, nasi basi, singkong, kentang,
gandum, rebung, rumput gajah, dan daun gamal; (2) glukosa dari gula merah,
cairan gula pasir, dan air kelapa; (3) sumber mikroorganisme berasal dari keong
mas, kulit buah-buahan, air kencing, dan terasi. Pembuatan MOL dilakukan dengan
memanfaatkan daun gamal dikombinasikan dengan air kelapa sebagai sumber
glukosa, dan urin sapi sebagai sumber mikroorganisme. Pemanfaatan daun gamal sebagai bahan baku dalam penelitian
karena tanaman gamal (Gliricidia sepium) merupakan salah satu jenis
tanaman leguminoceae dengan kandungan unsur hara yang tinggi. Purwanto (2007) menguraikan gamal yang berumur
satu tahun mengandung 3-6% N; 0,31 % P; 0,77% K; 15-30% serat kasar;
dan 10% abu K. Berdasarkan hasil penelitian Sutari (2009), kandungan
unsur hara yang terdapat dalam larutan MOL daun gamal lebih tinggi daripada
larutan MOL dengan bahan dasar rebung, dan
rumput gajah. Kandungan unsur hara yang terdapat dalam larutan bio–urine
daun gamal terdiri dari 2,8 % N; 48,11 mg L-1 P; 14,469 mg L-1
K; 520 mg L-1 S; 48,5 mg L-1 Ca; 224 mg
L-1 Mg; 125 mg L-1 Na; 3,75 mg L-1 Fe;
54,60 mg L-1 Mn; 0,83 mg L-1 Zn; 0,241 mg L-1
Cu, dan 7455 mg L-1 Cl.
Air kelapa merupakan media yang
baik untuk pertumbuhan mikroorganisme selama proses fermentasi karena air
kelapa mengandung 7,27% karbohidrat; 0,29% protein; beberapa mineral antara lain 312 mg L-1 kalium; 30 mg L-1
magnesium; 0,1 mg L-1 besi; 37 mg L-1 fosfor; 24 mg L-1
belerang; dan 183 mg L-1 klor (Budiyanto, 2002). Urin sapi
dimanfaatkan sebagai sumber mikroorganisme dalam pembuatan MOL, karena
kotoran ternak mengandung mikroorganisme selulolitik yang membantu proses
pencernaan. Menurut Wanapat (2001 dalam Wahyudi, 2009),
bakteri dan jamur lignoselulolitik memiliki peran penting dalam proses
perombakan pakan ternak dalam bentuk selulosa di dalam rumen. Populasi
mikroorganisme selulolitik berkembang dengan baik pada ruminansia yang diberi
pakan utama berupa hijauan dengan serat yang tinggi. Menurut Lingga (1991 dalam
Syaifudin, 2010), kotoran ternak sapi cair memiliki kandungan unsur hara yang
lebih tinggi daripada kotoran ternak sapi padat. Urin sapi mengandung 1,00% N;
0,50% P, dan 1,50% K sedangkan kotoran sapi padat mengandung 0,14% N; 0,20% P,
dan 0,10% K.
Faktor-faktor yang berperan
penting dalam proses fermentasi antara lain media fermentasi, kadar bahan
baku atau substrat, pH, temperatur, waktu, bentuk dan sifat mikroorganisme yang
aktif di dalam proses fermentasi, dan rasio C/N dalam bahan (Suriawiria,1996;
Hidayat, 2006). Mikroorganisme dalam larutan MOL melakukan perombakan terhadap
bahan organik yang terdapat dalam MOL sehingga terbentuk senyawa yang lebih
sederhana. Menurut Hidayat (2006), fermentasi merupakan perubahan kimia beberapa enzim dengan memanfaatkan bakteri dan
jamur sebagai dekomposer. Perubahan kimia dari fermentasi meliputi proses
pengasaman, dan dekomposisi gula menjadi alkohol dan karbondioksida, serta
dekomposisi senyawa organik. Suriawiria (1996)
menyatakan bahwa proses pengomposan alami membutuhkan waktu yang
sangat lama, antara 6 bulan hingga 12 bulan, sampai bahan organik tersebut
benar-benar tersedia bagi tanaman. Penggunaan
mikroorganisme dapat mempersingkat proses dekomposisi dari beberapa bulan
menjadi beberapa minggu. Menurut Lukitaningsih (2010), mikroorganisme mampu
mempercepat proses pengomposan menjadi sekitar 2-3 minggu. Hidayat (2006)
menyatakan, bahwa lama fermentasi berkisar 4-14
hari, lama fermentasi yang disarankan adalah 14 hari karena bahan organik telah
mengalami proses dekomposisi.
Berdasarkan hasil penelitian
Sutari (2009), pembuatan MOL starter dilakukan dengan proses fermentasi daun
gamal dan air kelapa dengan konsentrasi 250 g L-1 air kelapa.
Perlakuan menggunakan bio-urine daun gamal menunjukkan hasil yang paling
baik pada pertumbuhan tanaman sawi dibandingkan dengan bio-urine rebung
dan bio-urine rumput gajah. Penggunaan MOL sangat murah dan
efisien karena larutan MOL menggunakan bahan alami yang terdapat di lingkungan sekitar, serta proses pembuatannya yang
sederhana. Bahan–bahan yang terdiri dari daun gamal, urin sapi, dan air
kelapa dimasukkan dalam wadah tertutup, dan difermentasi selama beberapa
minggu, setelah itu larutan MOL dapat digunakan sebagai aktivator dalam pembuatan
pupuk kompos atau dapat langsung digunakan sebagai pupuk cair.
Bahan-bahan:
- Buah-buahan yang sudah busuk. Bisa buah apa saja: pepaya, pisang,
mangga, apel, salak, dll. Sebanyak 5 kg
- Air kelapa 10 butir.
- Gula jawa 1 kg.
Cara Pembuatan:
- Limbah buah-buahan dihaluskan. Bisa dengan cara ditumbuk atau
diparut.
- Masukkan ke dalam dalam tempat (drum)
- Tambahkan air kelapa.
- Tambahkan gula.
- Semua bahan diaduk sampai tercampur merata.
- Tutup drum dengan penutu. Beri lubang untuk aerasi. Lubang aerasi ini
bisa menggunakan selang agar tidak dimasukki oleh lalat atau serangga
lain.
7. Semua bahan kemudian difermentasi selama 2 minggu
sebelum digunakan.
PUPUK ORGANIK CAIR DARI BAHAN URINE SAPI
Pupuk Organik Cair (POC) yang salah satu bentuknya berupa kompos cair dapat
dibuat secara sederhana. Pembuatan pupuk cair untuk diolah menjadi produk lain
yang lebih berguna masih sangat jarang dilakukan, padahal produksi urin sapi dari
seekor sapi dewasa mencapai kurang lebih delapan liter per hari. Urin sapi mempunyai
prospek yang cerah untuk diolah menjadi pupuk cair karena mengandung
unsur-unsur yang sangat dibutuhkan oleh tanaman secara lengkap. Unsur-unsur
tersebut adalah nitrogen, phosphor, dan potassium dalam jumlah yang sedikit,
serta trace element, yaitu seng, besi, mangan, tembaga, dan lain-lain. Unsur lain
yang lebih penting adalah EDTA, unsur ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan
protein sel tunggal di dalam media cairan (Maspary, 2011).
Prinsip pembuatan pupuk cair dengan menggunakan urin sapi adalah menambahkan
bakteri pengurai untuk menguraikan senyawa-senyawa organik yang terkandung di
dalam urin tersebut sehingga bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Urin sapi
yang digunakan untuk diolah menjadi pupuk cair yang paling baik adalah urin
sapi murni segar, urin sapi ini belum tercampur dengan cemaran lain yang ada
dalam kandang seperti feses, sisa pakan, dan sisa air minum. Penggunaan urin
sapi segar ini lebih baik kurang dari 24 jam setelah urin dihasilkan oleh sapi.
Urin sapi segar dalam pembuatan pupuk cair membutuhkan bakteri pengurai. Proses
pengolahan yang baik dan benar akan menghasilkan pupuk cair yang tidak panas, tidak
berbau busuk, tidak mengandung hama dan penyakit, serta tidak membahayakan
pertumbuhan ataupun produksi tanaman (Maspary, 2011).
Proses pengolahan pupuk cair dengan urin sapi sangatlah sederhana, yaitu dengan
mencampurkan urin segar, bakteri pengurai dan molasses pada drum yang terbuka
kemudian didiamkan selama satu minggu. Aerator diperlukan agar proses fermentasi
selalu berjalan secara aerob. Kemasakan urin fermentasi dapat diidentifikasi
dari hilangnya bau pada pupuk cair yang diolah. Pupuk cair juga dihasilkan
dalam pembuatan gas bio. Pengolahan pupuk cair dari urin sapi dan pengolahan
pupuk cair dari keluaran gas bio berbeda. Pupuk cair yang berasal dari keluaran
unit gas bio belum dapat digunakan untuk pemupukan karena belum banyak
mengandung oksigen, sehingga kalau dialirkan ke sungai akan mematikan ikan.
Pupuk padat perlu ditampung di dalam kolam oksidasi dengan lama berkisar kurang
lebih dua minggu untuk memasukkan oksigen ke dalam calon pupuk cair yang telah
dipisahkan. Kecepatan teroksidasinya pupuk cair tergantung pada luas dan
kedalaman dari kolam tersebut juga kecepatan aliran di dalam kolam. Kolam
oksidasi sebaiknya dibuat dangkal dan diberi sekat-sekat, sehingga aliran calon
pupuk cair menjadi lebih lambat. Kelambatan aliran calon pupuk cair
memungkinkan oksigen dapat masuk ke dalamnya (Maspary, 2011).
Mikroba di dalam pupuk cair setelah teroksidasi akan semakin berkembang. Mikroba
di dalam pupuk cair memanfaatkan zat-zat yang tersedia, sehingga kadar BOD
(Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand) menurun. Penurunan
kadar BOD dan COD tersebut memungkinkan berkembangnya algae (ganggang).
Pertumbuhan algae akan mempercepat proses oksidasi dan fotosintesis di dalam
kolam oksidasi. Pupuk cair yang telah teroksidasi siap dimanfaatkan untuk
menambah unsur hara di sawah, pot bunga, ladang, dan lain-lain dengan dialirkan
atau disemprotkan (Maspary, 2011). Penggunaan pupuk cair ini dengan cara
mencampurkan dengan air. Perbandingan air dengan banyaknya pupuk cair yang
digunakan tergantung dari kandungan pupuk cair yang digunakan. Telur sering
ditambahkan dalam pencampuran yang berfungsi untuk melekatkan urin fermentasi
pada daun sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara maksimal. Pupuk cair
mempunyai fungsi untuk mencegah kelayuan daun, memberi nutrisi pada daun,
merangsang pertumbuhan tunas, dan meningkatkan produksi pertanian secara umum.
Bahan:
1.
Urine sapi 20 liter
2.
Gula merah 1 kg atau tetes tebu 1
liter
3.
Segala jenis empon-empon(lengkuas,
kunyit, temu ireng, jahe, kencur, brotowali) masing-masing ½ kg
4.
Air rendaman kedelai 1 gelas atau
urea 1 sendok makan
5.
Decomposer mol buah busuk
Cara pembuatan:
1.
Empon-empon ditumbuk dan direbus
sampai mendidih.
2.
Setelah dingin campur dengan semua
bahan yang lain.
3.
Ditutup rapat dalam jerigen dan
didiamkan selama 3 minggu.
4.
Setiap hari sekali tutup dibuka
untuk membuang gas yang dihasilkan.
Manfaat:
1.
Zat perangsang pertumbuhan akar
tanaman pada benih/bibit.
2.
Sebagai pupuk daun organic.
Dengan dicampur pestisida bisa membuka daun yang
keriting akibat serangan thrip.
Subscribe to:
Posts (Atom)