Oleh : Rais Husein Fathoni
Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan
penduduk serta kesadaran gizi masyarakat Indonesia, berbanding lurus dengan peningkatan
permintaan bahan pangan asal hewan seperti daging sapi. Namun kebutuhan tersebut
belum sepenuhnya terpenuhi oleh produksi daging dalam negeri. Pada tahun 2019
tercatat kebutuhan daging sapi Nasional sebanyak 686.270,98 ton, sedangkan
produksi daging dalam negeri hanya mampu memenuhi 490.420,77 ton. Sehingga Indonesia
masih bergantung pada impor untuk menutup defisit kebutuhan daging sapi nasional.
Salah satu upaya mendukung swasembada
daging sapi nasional diantaranya adalah dengan mengelola bibit yang berstandar untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas populasi. Bibit ternak yang beredar di
masyarakat harus memiliki jaminan tertulis berupa sertifikat yang memberikan
informasi berupa silsilah dan ciri-ciri keunggulan ternak, yang dikeluarkan
oleh lembaga sertifikasi benih dan bibit ternak terakreditasi seperti amanah
Undang-undang nomor 41 tahun 2014. Penilaian sertifikasi mengacu berdasarkan
standar manajemen mutu dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Namun kendala di
lapangan terutama pada komoditas sapi, masih sedikitnya peternak yang
menerapkan Good Breeding Practices
(GBP) sehingga menyebabkan bibit ternak bersertifikat yang beredar di
masyarakat belum maksimal.
Melihat kondisi masalah diatas, saat ini
telah hadir terobosan pembelajaran bagi peternak untuk langkah awal memulai ke
arah sertifikasi bibit melalui upaya penerbitan surat keterangan layak bibit
ternak (SKLB). SKLB ternak diterbitkan oleh Dinas yang membidangi fungsi Peternakan
dan Kesehatan Hewan Provinsi/Kabupaten/Kota dengan mengacu pada penilaian kesesuaian
standar yang telah ditetapkan (SNI/PTM/Standar daerah). Beberapa daerah di
Indonesia telah mulai banyak menjalankan proses penerbitan SKLB sebagai upaya
menjamin mutu bibit ternak yang beredar di masyarakat.
Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu daerah yang telah melaksanakan penerbitan SKLB ternak. Kabupaten Pamekasan berada di kawasan Pulau Madura Provinsi Jawa Timur yang terletak di perlintasan jalur jaringan jalan Sampang-Sumenep dengan luas wilayah 79.230 Ha dan terdiri dari 13 Kecamatan dan 189 Desa. Dengan luas wilayah tersebut tercatat populasi sapi potong pada tahun 2019 sebanyak 194.182 ekor. Sepanjang tahun 2020 berjalan, penerbitan SKLB ternak di Kabupaten Pamekasan dapat dilihat pada tabel berikut :
No |
Kecamatan |
Komoditas |
Jumlah |
1 |
Pasian |
Bibit Sapi Madura |
227 |
2 |
Batumarmar |
Bibit Sapi Madura |
64 |
3 |
Waru |
Bibit Sapi Madura |
92 |
Jumlah |
383 |
Tabel 1. Data
Sementara Penerbitan SKLB Pamekasan Tahun 2020
Data sementara menunjukkan bahwa penerbitan SKLB
ternak di Kabupaten Pamekasan Tahun 2020 sebanyak 383 lembar dengan keseluruhan
komoditas ternak bibit sapi potong rumpun madura. Capaian penerbitan SKLB di
Pamekasan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti aspek teknis, aspek
budaya dan aspek ekonomi.
Aspek teknis yang mendukung penerbitan SKLB tidak lepas dari
upaya pengelolaan wilayah sumber bibit (wilsumbit) serta sinergitas antara
Dinas teknis dengan peternak wilayah setempat. Kabupaten Pamekasan memiliki
wilsumbit Sapi Madura yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI, yaitu di
Kecamatan Pakong, Pasian, Batumarmar dan Waru (PAPABARU). Data populasi Sapi
Madura di wilayah sumber bibit PAPABARU dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
No |
Kecamatan |
Populasi (Ekor) |
||
Jantan |
Betina |
Jumlah |
||
1 |
Pakong |
1.497 |
9.530 |
11.027 |
2 |
Pasean |
963 |
21.220 |
22.183 |
3 |
Batu Marmar |
9.394 |
14.613 |
24.007 |
4 |
Waru |
4.900 |
13.203 |
18.103 |
Jumlah |
16.754 |
58.566 |
75.320 |
Tabel 2. Data
Populasi Sapi Madura di Wilayah Sumber Bibit PAPABARU
Penetapan wilsumbit Sapi Madura di Pamekasan
menjadi modal bagi Dinas teknis (Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan) untuk
melaksanakan upaya pengelolaan guna menjaga kemurnian dan populasi Sapi Madura
pada empat kecamatan tersebut. Pengelolaan wilsumbit Sapi Madura yang selama
ini telah dilaksanakan salah satunya adalah penyelenggaraan kegiatan uji
performans secara konsisten sehingga bibit yang memenuhi standar dapat diterbitkan SKLB. Kegiatan uji
performans di Pamekasan dapat berjalan baik karena mampu menarik minat dan
partisipasi masyarakat peternak.
Faktor
budaya yang dimiliki masyarakat Madura khususnya Pamekasan turut mendorong
peternak untuk memiliki Sapi Madura yang berkualitas. Cukup banyak pagelaran dan
kearifan budaya lokal masyarakat yang melibatkan Sapi Madura, seperti kontes
sapi sonok, karapan sapi maupun adanya perkumpulan taccek atau pajangan sapi. Sapi
Madura yang memiliki SKLB tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi peternak
di wilayah Pamekasan.
Sedangkan faktor
lainnya yang mendorong penerbitan SKLB di Pamekasan adalah dari segi aspek
ekonomi. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa Sapi Madura ber-SKLB memiliki
nilai pasar diatas rata-rata. Kisaran harga Sapi Madura yang memiliki SKLB
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
|
Harga Pasar (Rupiah) |
||
Grade 1 |
Grade 2 |
Grade 3 |
|
Pejantan |
40 - 50 Juta |
25 - 35 Juta |
15 - 20 Juta |
Betina |
30 - 70 Juta |
15 - 25 Juta |
8 - 10 Juta |
Tabel 3. Kisaran Harga Sapi Madura Ber-SKLB
Pelabelan grade pada tabel 3. diatas berdasarkan
penilaian kesesuaian ternak terhadap standar SNI 7651.2 tahun 2013 tentang standar
bibit Sapi Madura. Tingginya harga jual bibit Sapi Madura yang memiliki SKLB
menjadi daya tarik peternak untuk mengusulkan ternaknya dalam memperoleh
penerbitan SKLB dari Dinas terkait.
No comments:
Post a Comment