Oleh: Rais Husein Fathoni
Seiring perkembangan zaman tingkat kebutuhan protein hewani sebagai salah satu pemenuhan gizi seimbang manusia terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini berbanding lurus pada peningkatan permintaan pasar akan kebutuhan daging termasuk kebutuhan daging ternak ruminansia seperti sapi, kambing, dan domba. Ternak potong yang paling populer di Indonesia adalah sapi. Namun untuk pemenuhannya hingga saat ini Indonesia masih mengandalkan impor. Sedangkan ternak ruminansia kecil seperti kambing dan domba Indonesia masih bisa dipenuhi dari swadaya lokal. Kegiatan acara keagamaan, acara keluarga, hingga kebutuhan sehari-hari banyak menggunakan daging ternak ruminansia karena memperhatikan prestise, persyaratan keagamaan, hingga kebutuhan hasrat manusia.
Keberadaan domba sebagai komoditas ternak potong memiliki arti tersendiri bagi pemenuhan kebutuhan tersebut. Domba memiliki keunggulan pemeliharaan yang terbilang mudah, litter size tinggi dan tidak rentan terhadap penyakit. Domba ekor gemuk (DEG) merupakan satu rumpun domba unggul yang memiliki ukuran lebih besar dari pada domba ekor tipis. DEG termasuk hewan yang mudah beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan sehingga mudah dipelihara dan dikembangkan. Masa perkembangbiakan DEG berkisar 1,5 tahun untuk yang pertama dan 7-8 bulan untuk periode berikutnya. DEG memiliki ukuran yang besar dan dapat mencapai berat badan 33 kg pada 3 bulan, 50 kg pada 6 bulan dan 90 kg pada usia 12 bulan.
Keunggulan genetik pada DEG merupakan potensi unggul peternakan yang perlu dikembangkan. Karakteristik unggul yang dimiliki DEG menjadi tolak ukur kualitatif maupun kuantitatif yang perlu di perhatikan dalam pemilihan bibit unggul.
A. Karakteristik Anatomi Domba Ekor Gemuk
Domba
diklasifikasikan berdasarkan kegunaannya antara lain untuk penghasil daging,
wol, susu, kulit, dan lain-lain. Salah satu domba penghasil daging adalah domba
ekor gemuk (DEG). Populasi DEG sendiri sebesar 25% dari populasi
domba di dunia.
Saat
ini, sebagian besar domba yang ada di Indonesia adalah tipe ekor gemuk. Pada
tahun 1938 peternakan DEG didirikan di Pulau Madura. Sejak saat itu, DEG
menjadi popular di Madura dan mulai menyebar ke wilayah Jawa Timur, serta
daerah-daerah lain di Pulau Jawa. Domba Jawa Ekor Gemuk dihasilkan dari
persilangan DEG dengan domba ekor tipis asli. Peternak yang
beralih dari domba ekor tipis ke DEG beralasan karena ukuran tubuhnya lebih besar
dan lebih disenangi oleh konsumen.
Pengetahuan pada karakteristik anatomi suatu hewan/ternak perlu diketahui sebelum adanya penelitian lebih lanjut. Karakteristik anatomi secara umum dapat digambarkan dari ciri-ciri fisik/tubuh. Tidak ada tanda anatomi yang jelas untuk membedakan antara domba gemuk dan DEG, sehingga istilah ini digunakan secara bergantian. Tapi melihat lemaknya pada ekor panjang, mereka dapat diklasifikasikan sebagai domba gemuk ekor panjang dan pendek. DEG pendek biasanya berbentuk baji dengan titik meruncing. Sementara itu DEG panjang memiliki ekor berlemak yang tergantung di bawah persendian tumit.
B. Strategi Pemeliharaan Domba Ekor Gemuk
Manajemen pemeliharaan yang
baik akan sangat membantu peningkatan produktivitas domba ekor gemuk (DEG). Dengan
meningkatnya produktivitas ini diharapkan akan memberi keuntungan lebih kepada
para peternak, terutama dalam hal ekonomi. Manajemen pemeliharaan yang sangat
mempengaruhi produktivitas ternak antara lain perihal pemilihan bibit, perkandangan,
pakan dan kesehatan ternak.
1. 1. Pemilihan Bibit
Faktor pertama yang harus diperhatikan dalam manajemen pemeliharaan DEG yang baik adalah pemilihan bibit. Hal ini karena akan sulit tercapai produktivitas yang tinggi apabila bibit yang digunakan kurang bagus mutunya, sekalipun diimbangi dengan perkandangan, pemberian pakan dan pemeliharaan kesehatan yang sudah maksimal. Teknik pemeliharaan secara tradisional yang umum dilakukan oleh masyarakat mengakibatkan DEG tidak dapat berproduksi secara maksimal, dimana domba tetap kecil dan kurus. Selain itu perhatian terhadap mutu bibit domba juga kurang karena tidak ada tahapan seleksi.
Diperlukan kriteria tersendiri dalam hal pemilihan bakalan untuk mendukung program penggemukan domba. Pemilihan bakalan yang tepat diharapkan mampu mendapatkan laju pertumbuhan yang tinggi pada domba yang dipelihara. Ciri fisik domba bakalan tersebut diantaranya adalah:
No |
Bagian tubuh |
Karakteristik |
|
1 |
Kepala |
a) b) c) d) e) |
Tidak terlalu panjang Dari depan terlihat besar dan lebar Mulut besar dan lebar Moncong tidak runcing Mata tidak rabun |
2 |
Badan |
a) b)
c) d) e) f) g) |
Badan panjang dan besar Punggung rata, lurus (tidak cekung ke bawah), dan lebar (tidak tipis) Dada dalam dan lebar Bentuk perut normal, tidak buncit Tulang iga (dada) terlihat lebar Bagian depan sampai belakang terlihat rata Berat badan berkisar 10-25 kg |
3 |
Pantat |
a) b) |
Dari belakang terlihat lebar Tidak runcing |
4 |
Bulu/wool |
a) b) |
Halus, tidak kasar dan tidak gembel Warna bulu putih polos |
2. Perkandangan
Usaha ternak domba akan berhasil jika tersedia bangunan kandang yang baik dan memadai. Kandang yang baik akan sangat berpengaruh besar terhadap peningkatan konversi pakan, laju pertumbuhan dan kesehatan. Bangunan kandang harus selalu diupayakan untuk dapat memenuhi fungsi sebagai tempat istirahat, untuk melindungi dari hewan buas, untuk tempat makan dan minum apabila tidak digembalakan, sebagai tempat untuk kawin dan beranak, tempat agar ternak tidak membuang kotoran dan kencing sembarang tempat dan untuk mempermudah dalam pengontrolan ternak.
3. Pakan
Faktor selanjutnya yang
mendukung manajemen pemeliharaan yang baik adalah pemberian pakan. Pemberian
pakan (ransum) sesuai dengan standar kebutuhan gizi ternak dan disediakan dalam
jumlah yang cukup. Pakan mempunyai pengaruh paling besar, yakni sekitar 60% dari biaya produksi.
Pakan yang umum diberikan berupa hijauan dan
penambahan pakan penguat. Konsentrat atau pakan penguat merupakan pakan yang
memiliki kandungan zat makanan tertentu dengan kandungan energi relatif tinggi,
serat kasar dan daya cernanya yang baik. Pakan ini cocok untuk menambah zat
makanan yang ada.
Pada proses penggemukan, konsentrat dapat diberikan 0,6 kg setiap harinya untuk satu ekor domba dengan bobot badan 15-22 kg. pemberian pakan konsentrat dilakukan pada pagi hari, yaitu pada pukul 08.00 pagi dengan takaran 0,3 kg untuk setiap domba, sedangkan untuk sore hari pada pukul 15.00 diberikan kembali konsentrat dengan takaran yang sama. Konsentat dapat dibuat dari campuran dari berbagai bahan pakan seperti dedak, kopra, onggok dele dan molases. Salah satu komposisi pembuatan konsentrat yang digunakan peternak (per 100 kg) yaitu dedak/bekatul 50 kg (50%), bungkil kelapa 25 kg (25%), tepung jagung 15 kg (15%), bungkil kacang tanah 8 kg (8%), garam dapur 1 kg (1%), tepung tulang 0,5 kg (0,5%) dan kapur 0,5 kg (0,5%).
4. Kesehatan
Domba memiliki daya adaptasi
yang cukup tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan tempat pemeliharaan.
Namun, hal ini jangan membuat kita menjadi lengah dalam memperhatikan kesehatan
dari domba yang kita pelihara. Hal itu karena kesehatan ternak juga merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemeliharaan ternak. Ternak
yang sehat tentu akan memiliki produktivitas yang lebih tinggi daripada ternak
yang kurang sehat. Oleh sebab itu, peternak hendaknya jeli dan memperhatikan
ternaknya tetap sehat dan terhindar dari penyakit yang membahayakan. Obat-obatan ternak yang
perlu disediakan dalam pemeliharaan domba antara lain adalah vitamin, Bio-N-Plus,
Premix Mineral, vaksin, obat diare dan serta antibiotik. Pemberian vitamin ini
bertujuan untuk menghilangkan stres selama diperjalanan. Pemberian vitamin ini
diberikan kepada DEG selama kurang lebih 2 minggu. Selain diberikan vitamin,
para peternak juga memberikan Growth Stimulant (GS) berupa Bio-N-Plus untuk merangsang bobot badan DEG. Pemberian antibiotik
bertujuan untuk mengobati penyakit yang terdapat pada domba serta mempercepat
kesembuhan saat infeksi. Sedangkan obat-obatan yang lain
penggunaannya akan disesuaikan dengan penyakit yang terjadi pada
ternak tersebut.
C. Karakteristik Karkas Domba Ekor Gemuk
DEG
saat ini telah menjadi salah satu ternak penghasil daging yang digemari oleh
masyarakat. Hal ini tidak lepas dari performa produksinya yang bagus. Performan
produksi seekor ternak dapat diukur dari kemampuan ternak tersebut mencapai
bobot potong yang tinggi yang diikuti oleh produksi karkas dengan kualitas dan
kuantitas yang tinggi, terutama jumlah daging karkas yang banyak karena
konsumen selalu menginginkan karkas dengan komposisi fisik; daging yang
maksimal, tulang yang minimal dan lemak yang optimal. Seekor ternak potong
dianggap mempunyai nilai ekonomis tinggi bila produksi karkas yang dihasilkan
tinggi. Didalam penilaian komposisi
karkas ada tiga variabel yang penting yaitu tulang, daging dan lemak karkas,
apabila ada proporsi yang lebih besar maka salah satu variabel akan memiliki
proporsi yang lebih sedikit atau kedua variabel sebagai sisanya.
Domba jantan dan betina memiliki persentase karkas yang berbeda. DEG jantan memiliki persentase karkas 49,86±0,60
%, sedangkan untuk DEG betina hanya 44,64±3,58. Hal ini dapat disebabkan karena ternak
betina mempunyai organ-organ yang ada di rongga dada dan perut yang lebih
tinggi bobotnya, sehingga proporsi karkasnya menjadi lebih kecil.
Komposisi
fisik karkas baik pada domba jantan maupun betina memiliki kecenderungan yang sama, yakni proporsi yang paling
banyak adalah daging (57,50% jantan, 63,06% betina) kemudian diikuti proporsi
tulang (25,5% jantan, 21,48% betina) dan yang paling sedikit adalah lemak
(17,99% jantan, 15,46% betina).
KESIMPULAN
DEG memiliki potensi yang lebih
dikembangkan lagi di wilayah Jawa Timur. Hal ini karena domba memiliki daya
adaptasi yang cukup tinggi terhadap lingkungan dan ketersediaan pakan di Jawa
Timur cukup melimpah. Dalam rangka pengembangan budidaya DEG ini harus disertai
manajemen pemeliharaan yang baik, meliputi pemilihan bibit yang tepat,
perkandangan baik sesuai, pemberian pakan yang bemutu bagus serta perhatian
terhadap kesehatan ternak. Pemberian pakan yang sesuai standart baik kualitas
maupun kuantitas akan memberi pengaruh positif pada presentase karkas domba
yang dihasilkan.
REFERENSI
Mohapatra,
Arpita., Shinde., A.K. 2018. Fat-Tailed Sheep-an Important Sheep Genetic
Resource For Meat Production in Tropical Countries: An Overview. Indian
Journal of Small Ruminants 2018, 24 (1): 1-17.
Triana,
Irma Norma., Ratnasari, Rr. Ratih., Azmijah, Ajik. 2017. Program Penggemukan
Ternak Domba Ekor Gemuk Di Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban. Jurnal Layanan Masyarakat Universitas
Airlangga, Volume 01 Nomor 02 Tahun 2017, 51–55.
Saifudin,
Ali., Aini, Lia Nur., Aliyah., Badani, Milal. 2018. Tata Laksana Penggemukan
Domba Di CV Angkasa Tujuh Bojonegoro. Jurnal Inovasi Penelitian Vol. 2
Desember 2018.
Ashari,
M., Suhardiani, Rr. Agustien., Andriati, Rina. 2018. Produksi dan Komposisi
Fisik Karkas Domba Ekor Gemuk yang Dipelihara Secara Tradisional di Lombok. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume 4 (1): 191-198.
No comments:
Post a Comment