Tuesday, December 31, 2019

SEBARAN DISTRIBUSI SEMEN BEKU BIB LEMBANG DI WILAYAH JAWA TIMUR TAHUN 2019

Oleh Rais Husein Fathoni

Daging dan susu saat ini menjadi  salah satu menu populer dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Sehingga fenomena ini berdampak positif terhadap peningkatan permintaan masyarakat akan produk protein asal ternak ruminansia tersebut. Tingginya permintaan tersebut harus bisa diimbangi dengan peningkatan produksi, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini bertujuan agar Indonesia dapat menjadi negara mandiri pangan.
Kondisi peternakan di Indonesia saat ini masih di dominasi oleh peternakan rakyat. Peternakan rakyat ditandai dengan banyaknya jumlah peternak, namun ternak yang dipelihara jumlahnya sedikit. Umumnya tujuan pemeliharaan ternak hanya digunakan sebagai kegiatan sampingan, karena profesi utamanya sebagian besar adalah petani. Selain itu, penggunaan pakan dalam pemeliharaan biasanya hanya mengandalkan limbah pertanian seperti jerami padi yang dapat menurunkan produksi dan reproduksi ternak. Hal-hal tersebut menjadi salah satu faktor lambatnya pertumbuhan populasi sapi di Indonesia.
Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kuantitas maupun kualitas sapi adalah dengan  melaksanakan progam nasional upaya khusus sapi/kerbau indukan wajib bunting (UPSUS SIWAB). Upsus siwab merupakan program percepatan peningkatan populasi sapi/kerbau dengan beberapa kegiatan, seperti penanganan gangguan reproduksi, pelayanan inseminasi buatan (IB), pemeriksaan kebuntingan dan pelaporan kelahiran sesuai dengan target yang telah ditentukan. Pada Pelaksanaan program upsus siwab 2019, Kementerian pertanian memiliki target nasional 3 juta akseptor IB dengan menghasilkan jumlah kebuntingan 2,1 juta induk dan dapat melahirkan 1,68 juta ekor anakan sapi/kerbau. Sedangkan di wilayah provinsi Jawa Timur memiliki target 1,3 juta akseptor IB, 910.000 indukan bunting serta 728.000 ekor kelahiran.
Tingkat keberhasilan IB dipengaruhi oleh mutu semen beku, kondisi induk (BCS) sapi yang akan di IB, ketepatan deteksi birahi dan kecepatan melapor kepada petugas, serta keterampilan inseminator di lapangan, faktor kesehatan hewan dan manajemen pakan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya interaksi pengaruh genetik dengan kondisi lingkungan (Dwiyanto dan Inounu, 2009). Semen beku adalah semen cair dari ternak pejantan yang telh ditambah pengencer sesuai prosedur, kemudian dikemas dalam straw dan dibekukan pada suhu -196ᵒC. Semen beku tersebut berasal dari pejantan unggul terpilih yang sudah melewati seleksi berdasarkan kemampuan produksi dan reproduksi keturunannya dalam suatu ras/bangsa tertentu. Semen beku sapi yang beredar di Indonesia terdiri dari bermacam-macam bangsa/ras, mulai dari sapi lokal (madura, bali, PO, dll) hingga sapi eksotik (simmental, limousin, dll).

Berdasarkan target pelaksanaan program upsus siwab diatas, dipastikan daerah-daerah di Jawa Timur akan masuk semen beku dari berbagai ras/bangsa sapi dalam jumlah yang banyak. Sehingga diperlukan informasi mengenai sebaran semen beku yang digunakan oleh setiap daerah di wilayah Jawa Timur. Hal ini dapat digunakan sebagai acuan dalam menghitung populasi dan ras/bangsa ternak sapi/kerbau di suatu daerah-daerah.

Selengkapnya bisa di download disini :

Sebaran Distribusi Semen Beku BIB Lembang di Wilayah Jawa Timur Tahun 2019

No comments:

Post a Comment