Tuesday, March 14, 2023

KERIPIK TALAS KRIIUUUKKK

 keripik talas dengan tekstur sangat kriukkk, rasanya gurih enak dan nikmat.


tanpa bahan pengawet. rasa : original berat bersih : 100 gr



cukup dengan harga 18.000/pcs buruan order ke 085290530274 atau klik disini coba sekali, bakal ngriiuuuk terus!!!

Menyewakan kasur angin pencegah luka baring (kasur decubitus)

 Anda merupakan pasien yg harus istirahat penuh di tempat tidur??

Terlalu lama berbaring/aktivitas di tempat tidur berpotensi dapat menimbulkan luka/lecet baru pada badan pasien. Kini disewakan kasur yg dapat mencegah luka baring bagi pasien yg diwajibkan istirahat lama di tempat tidur.

Kasur yg didesign dan direkomendasikan untuk pasien yg terbaring di tempat tidur.

Spesifikasi: Merk puremed Ukuran 200 x 90 x 7 cm Material kelas medika fleksibel PVC Udara keluar 5 - 5,5 L Tekanan 115 - 150 mmHg Pompa knop yg bisa disesuaikan



Biaya sewa : 125rb/bulan 50rb/minggu untuk info lebih lanjut dan pemesanan dapat menghubungi kontak HP. 085290530274 atau klik disini

Monday, February 20, 2023

UPDATE LOWONGAN PEKERJAAN SEKTOR PETERNAKAN

 Bagi sobat yang membutuhkan informasi seputar lowongan pekerjaan di bidang peternakan, berikut ini ada beberapa lowongan pekerjaan dengan berbagai posisi dan lokasi penempatan. 

Pastikan sobat yang mau apply lamaran sudah membaca kualifikasi yang dipersyaratkan dan batas akhir pendaftaran yaa..!!




Semoga membantu dan selamat mencoba, Sobat!!

Friday, June 17, 2022

WILAYAH SUMBER BIBIT SAPI PO BOJONEGORO

 PENDAHULUAN

     Sapi peranakan ongole (PO) merupakan rumpun sapi lokal Indonesia yang telah ditetapkan pada tahun 2012 melalui Keputusan Menteri Pertanian nomor 2841/kpts/LB.430/8/2012. Sapi PO merupakan hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi ongole yang didatangkan dari India sejak tahun 1904, selanjutnya dikembangkan secara turun temurun oleh masyarakat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Karakteristik sapi PO diantaranya yaitu (1) warna tubuh dominan putih hingga keabu-abuan; (2) sekitar mata, moncong dan rambut ekor berwarna hitam; (3) bertanduk bungkul/pendek/panjang; (4) memiliki gelambir dan punuk. Sapi PO memiliki beberapa keunggulan, seperti kemampuan adaptasi lingkungan yang baik pada daerah tropis seperti Indonesia, lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan dengan sapo eksotis, memiliki kemampuan reproduksi yang baik meskipun dipelihara pada daerah marjinal.

Gambar 1. Foto Sapi PO

Dalam rangka melestarikan dan menyediakan bibit ternak sapi PO secara berkelanjutan, diperlukan upaya pembibitan dalam suatu wilayah sumber bibit (Wilsumbit). Wilayah sumber bibit ternak merupakan wilayah yang telah memenuhi kriteria jenis dan rumpun ternak, agroklimat, kepadatan penduduk, sosial ekonomi, budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai wilayah sumber bibit berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/OT.140/ 9/2011 tentang Pewilayahan Sumber Bibit juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/OT.140/11/2012. Suatu wilayah yang telah ditetapkan sebagai wilayah sumber bibit harus dikelola secara baik dengan memperhatikan aspek teknis (pembibitan, pakan, kesehatan hewan, agroklimat, ilmu pengetahuan dan teknologi), sosioal ekonomi dan kebijakan, termasuk dukungan pendanaan untuk keberlanjutan wilayah tersebut sebagai wilayah sumber bibit ternak dapat terjamin. 

Provinsi Jawa Timur sampai dengan saat ini memiliki tiga wilsumbit yang telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia. Tiga wilayah tersebut yakni wilsumbit sapi PO, wilsumbit sapi madura dan wilsumbit kambing senduro. Wilsumbit sapi PO di Provinsi Jawa Timur berada di Kecamatan Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro. Daerah tersebut telah ditetapkan sebagai wilayah sumber bibit Sapi PO pada tahun 2015 melalui Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 356/Kpts/PK.040/6/2015.


PROFIL WILSUMBIT SAPI PO BOJONEGORO

        Kabupaten Bojonegoro terletak diantara 6°59’ - 7°37’ Lintang Selatan dan 112° 25’–112° 09 Bujur Timur dengan luas daerah sekitar 2.307,06 km² yang terbagi atas 28 Kecamatan. Jumlah penduduk Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2021 sebanyak 1.341.259 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 581 jiwa/km². Sedangkan Kecamatan Tambakrejo merupakan salah satu Kabupaten di Bojonegoro yang terdiri dari 18 desa dengan luas keseluruhan mencapai 209,52 km². Kondisi alam wilayah tersebut secara geografis memiliki potensi untuk pengembangan sektor peternakan.

Sapi PO merupakan komoditas andalan di Kabupaten Bojonegoro, utamanya di Kecamatan Tambakrejo. Pada tahun 2021 populasi Sapi PO di Kecamatan Tambakrejo sebanyak 18.620 ekor dan secara keseluruhan populasi Sapi PO di Kabupaten Bojonegoro mencapai 111.610 ekor.

Kecamatan Tambakrejo sebagai wilsumbit sapi PO memiliki karakteristik sebagai berikut:

1)  Memiliki kondisi agroklimat yang baik, yaitu berada pada dataran sedang

2)  Memiliki Kepadatan penduduk relatif sedang

3)  Rumpun sapi PO lebih dominan dikembangkan dibandingkan dengan rumpun sapi lainnya.

4)  Memiliki populasi sapi PO tertinggi diantara 28 Kecamatan lain di Kabupaten Bojonegoro.

Sedangkan faktor-faktor yang mendukung pengembangan sapi PO di wilsumbit Kecamatan Tambakrejo, diantaranya adalah :

1)  Sapi PO memiliki adaptivitas yang baik dengan kondisi lingkungan setempat

2)  Dukungan sumber daya alam yang mendukung pemeliharaan ternak sapi PO

3)  Kesukaan sebagian besar masyarakat peternak dalam memelihara sapi PO serta diwariskan secara turun-temurun

4)  Ketersediaan perbankan, koperasi, pasar, kelembagaan masyarakat (kelompok dan gabungan kelompok), asosiasi pedangan dan pemotong sapi dalam mendukung penyelenggaraan tataniaga usaha peternakan

5)  Dukungan iptek terhadap pengembangan usaha peternakan sapi berupa ketersediaan semen, peralatan Inseminasi Buatan (IB), alat kesehatan, petugas IB, Pemeriksaan Kebuntingan (PKB), Asisten Teknis Reproduksi (ATR) dan Paramedik yang profesional.

6)  Dukungan pemerintah pusat/daerah, perguruan tinggi dan lembaga penelitian melalui kebijakan dan kegiatan terkait pengembangan sapi PO murni di Kecamatan Tambakrejo.

 

PENGELOLAAN WILSUMBIT SAPI PO

Wilayah sumber bibit sapi PO yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian perlu dikelola secara baik untuk mencapai sasaran tersedianya bibit ternak secara berkelanjutan. Untuk itu diperlukan kegiatan pengelolaan wilayah sumber bibit sapi PO yang didukung oleh :

1)  Partisipasi aktif masyarakat dan pelaku usaha

2)  Pemberdayaan kelembagaan (ekonomi dan sosial)

3)  Anggaran dan kebijakan pemerintah/pemerintah daerah

Secara umum, pelaksanaan kegiatan pengelolaan wilsumbit dapat dilkukan melalui :

1)  Pembentukan gabungan kelompok pembibit

2) Penerapan program pemuliaan dengan melakukan identifikasi ternak, pencatatan, pengukuran dan penimbangan serta seleksi

3) Penguatan Infrastruktur Pembibitan Ternak (SDM, sarana/prasarana dan optimalisasi ketersediaan sumber pakan dan lahan)


Monday, November 29, 2021

POTENSI PENGEMBANGAN DOMBA EKOR GEMUK DI JAWA TIMUR

 Oleh: Rais Husein Fathoni

Seiring perkembangan zaman tingkat kebutuhan protein hewani sebagai salah satu pemenuhan gizi seimbang manusia terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini berbanding lurus pada peningkatan permintaan pasar akan kebutuhan daging termasuk kebutuhan daging ternak ruminansia seperti sapi, kambing, dan domba. Ternak potong yang paling populer di Indonesia adalah sapi. Namun untuk pemenuhannya hingga saat ini Indonesia masih mengandalkan impor. Sedangkan ternak ruminansia kecil seperti kambing dan domba Indonesia masih bisa dipenuhi dari swadaya lokal. Kegiatan acara keagamaan, acara keluarga, hingga kebutuhan sehari-hari banyak menggunakan daging ternak ruminansia karena memperhatikan prestise, persyaratan keagamaan, hingga kebutuhan hasrat manusia.

Keberadaan domba sebagai komoditas ternak potong memiliki arti tersendiri bagi pemenuhan kebutuhan tersebut. Domba memiliki keunggulan pemeliharaan yang terbilang mudah, litter size tinggi dan tidak rentan terhadap penyakit. Domba ekor gemuk (DEG) merupakan satu rumpun domba unggul yang memiliki ukuran lebih besar dari pada domba ekor tipis. DEG termasuk hewan yang mudah beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan sehingga mudah dipelihara dan dikembangkan. Masa perkembangbiakan DEG berkisar 1,5 tahun untuk yang pertama dan 7-8 bulan untuk periode berikutnya. DEG memiliki ukuran yang besar dan dapat mencapai berat badan 33 kg pada 3 bulan, 50 kg pada 6 bulan dan 90 kg pada usia 12 bulan. 

Keunggulan genetik pada DEG merupakan potensi unggul peternakan yang perlu dikembangkan. Karakteristik unggul yang dimiliki DEG menjadi tolak ukur kualitatif maupun kuantitatif yang perlu di perhatikan dalam pemilihan bibit unggul.

A.    Karakteristik Anatomi Domba Ekor Gemuk

Domba diklasifikasikan berdasarkan kegunaannya antara lain untuk penghasil daging, wol, susu, kulit, dan lain-lain. Salah satu domba penghasil daging adalah domba ekor gemuk (DEG). Populasi DEG sendiri sebesar 25% dari populasi domba di dunia.

Saat ini, sebagian besar domba yang ada di Indonesia adalah tipe ekor gemuk. Pada tahun 1938 peternakan DEG didirikan di Pulau Madura. Sejak saat itu, DEG menjadi popular di Madura dan mulai menyebar ke wilayah Jawa Timur, serta daerah-daerah lain di Pulau Jawa. Domba Jawa Ekor Gemuk dihasilkan dari persilangan DEG dengan domba ekor tipis asli. Peternak yang beralih dari domba ekor tipis ke DEG beralasan karena ukuran tubuhnya lebih besar dan lebih disenangi oleh konsumen.

Pengetahuan pada karakteristik anatomi suatu hewan/ternak perlu diketahui sebelum adanya penelitian lebih lanjut. Karakteristik anatomi secara umum dapat digambarkan dari ciri-ciri fisik/tubuh. Tidak ada tanda anatomi yang jelas untuk membedakan antara domba gemuk dan DEG, sehingga istilah ini digunakan secara bergantian. Tapi melihat lemaknya pada ekor panjang, mereka dapat diklasifikasikan sebagai domba gemuk ekor panjang dan pendek. DEG pendek biasanya berbentuk baji dengan titik meruncing. Sementara itu DEG panjang memiliki ekor berlemak yang tergantung di bawah persendian tumit. 

B. Strategi Pemeliharaan Domba Ekor Gemuk

        Manajemen pemeliharaan yang baik akan sangat membantu peningkatan produktivitas domba ekor gemuk (DEG). Dengan meningkatnya produktivitas ini diharapkan akan memberi keuntungan lebih kepada para peternak, terutama dalam hal ekonomi. Manajemen pemeliharaan yang sangat mempengaruhi produktivitas ternak antara lain perihal pemilihan bibit, perkandangan, pakan dan kesehatan ternak.

1.         1. Pemilihan Bibit

        Faktor pertama yang harus diperhatikan dalam manajemen pemeliharaan DEG yang baik adalah pemilihan bibit. Hal ini karena akan sulit tercapai produktivitas yang tinggi apabila bibit yang digunakan kurang bagus mutunya, sekalipun diimbangi dengan perkandangan, pemberian pakan dan pemeliharaan kesehatan yang sudah maksimal. Teknik pemeliharaan secara tradisional yang umum dilakukan oleh masyarakat mengakibatkan DEG tidak dapat berproduksi secara maksimal, dimana domba tetap kecil dan kurus. Selain itu perhatian terhadap mutu bibit domba juga kurang karena tidak ada tahapan seleksi.

        Diperlukan kriteria tersendiri dalam hal pemilihan bakalan untuk mendukung program penggemukan domba. Pemilihan bakalan yang tepat diharapkan mampu mendapatkan laju pertumbuhan yang tinggi pada domba yang dipelihara. Ciri fisik domba bakalan tersebut diantaranya adalah:

No

Bagian tubuh

Karakteristik

1

Kepala

a)

b)

c)

d)

e)

Tidak terlalu panjang

Dari depan terlihat besar dan lebar

Mulut besar dan lebar

Moncong tidak runcing

Mata tidak rabun

2

Badan

a)

b)

 

c)

d)

e)

f)

g)

Badan panjang dan besar

Punggung rata, lurus (tidak cekung ke bawah), dan lebar (tidak tipis)

Dada dalam dan lebar

Bentuk perut normal, tidak buncit

Tulang iga (dada) terlihat lebar

Bagian depan sampai belakang terlihat rata

Berat badan berkisar 10-25 kg

3

Pantat

a)

b)

Dari belakang terlihat lebar

Tidak runcing

4

Bulu/wool

a)

b)

Halus, tidak kasar dan tidak gembel

Warna bulu putih polos


2. Perkandangan

         Usaha ternak domba akan berhasil jika tersedia bangunan kandang yang baik dan memadai. Kandang yang baik akan sangat berpengaruh besar terhadap peningkatan konversi pakan, laju pertumbuhan dan kesehatan. Bangunan kandang harus selalu diupayakan untuk dapat memenuhi fungsi sebagai tempat istirahat, untuk melindungi dari hewan buas, untuk tempat makan dan minum apabila tidak digembalakan, sebagai tempat untuk kawin dan beranak, tempat agar ternak tidak membuang kotoran dan kencing sembarang tempat dan untuk mempermudah dalam pengontrolan ternak.

        Saat ini model kandang yang digemari untuk penggemukan domba adalah kandang yang berbentuk panggung. Terdapat kolong di bawah kandang dengan tinggi 1 m (panjang tiang dari permukaan tanah sampai lantai kandang). Tinggi tiang kandang (panjang tiang dari permukaan lantai sampai atap) setinggi 2,5 meter. Kandang dibuat bersekat dengan ukuran 2 x 1 m dengan daya tampung 10 ekor domba. Tinggi tempat pakan dari lantai kandang 30 cm. Dinding dan lantai kandang dibuat bercelah. Celah pada dinding sebesar 25 cm agar domba dapat mengambil pakan dan air minum. Sedangkan celah lantai berukuran 2 cm sehingga air kencing dan kotoran dapat langsung jatuh ke tanah tanpa membuat kaki domba terperosok.

3. Pakan

       Faktor selanjutnya yang mendukung manajemen pemeliharaan yang baik adalah pemberian pakan. Pemberian pakan (ransum) sesuai dengan standar kebutuhan gizi ternak dan disediakan dalam jumlah yang cukup. Pakan mempunyai pengaruh paling besar, yakni sekitar 60% dari biaya produksi. Pakan yang umum diberikan berupa hijauan dan penambahan pakan penguat. Konsentrat atau pakan penguat merupakan pakan yang memiliki kandungan zat makanan tertentu dengan kandungan energi relatif tinggi, serat kasar dan daya cernanya yang baik. Pakan ini cocok untuk menambah zat makanan yang ada.

        Pada proses penggemukan, konsentrat dapat diberikan 0,6 kg setiap harinya untuk satu ekor domba dengan bobot badan 15-22 kg. pemberian pakan konsentrat dilakukan pada pagi hari, yaitu pada pukul 08.00 pagi dengan takaran 0,3 kg untuk setiap domba, sedangkan untuk sore hari pada pukul 15.00 diberikan kembali konsentrat dengan takaran yang sama. Konsentat dapat dibuat dari campuran dari berbagai bahan pakan seperti dedak, kopra, onggok dele dan molases. Salah satu komposisi pembuatan konsentrat yang digunakan peternak (per 100 kg) yaitu dedak/bekatul 50 kg (50%), bungkil kelapa 25 kg (25%), tepung jagung 15 kg (15%), bungkil kacang tanah 8 kg (8%), garam dapur 1 kg (1%), tepung tulang 0,5 kg (0,5%) dan kapur 0,5 kg (0,5%).


4. Kesehatan

Domba memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan tempat pemeliharaan. Namun, hal ini jangan membuat kita menjadi lengah dalam memperhatikan kesehatan dari domba yang kita pelihara. Hal itu karena kesehatan ternak juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemeliharaan ternak. Ternak yang sehat tentu akan memiliki produktivitas yang lebih tinggi daripada ternak yang kurang sehat. Oleh sebab itu, peternak hendaknya jeli dan memperhatikan ternaknya tetap sehat dan terhindar dari penyakit yang membahayakan. Obat-obatan ternak yang perlu disediakan dalam pemeliharaan domba antara lain adalah vitamin, Bio-N-Plus, Premix Mineral, vaksin, obat diare dan serta antibiotik. Pemberian vitamin ini bertujuan untuk menghilangkan stres selama diperjalanan. Pemberian vitamin ini diberikan kepada DEG selama kurang lebih 2 minggu. Selain diberikan vitamin, para peternak juga memberikan Growth Stimulant (GS) berupa Bio-N-Plus untuk merangsang bobot badan DEG. Pemberian antibiotik bertujuan untuk mengobati penyakit yang terdapat pada domba serta mempercepat kesembuhan saat infeksi. Sedangkan obat-obatan yang lain penggunaannya akan disesuaikan dengan penyakit yang terjadi pada ternak tersebut.


C.  Karakteristik Karkas Domba Ekor Gemuk

        DEG saat ini telah menjadi salah satu ternak penghasil daging yang digemari oleh masyarakat. Hal ini tidak lepas dari performa produksinya yang bagus. Performan produksi seekor ternak dapat diukur dari kemampuan ternak tersebut mencapai bobot potong yang tinggi yang diikuti oleh produksi karkas dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi, terutama jumlah daging karkas yang banyak karena konsumen selalu menginginkan karkas dengan komposisi fisik; daging yang maksimal, tulang yang minimal dan lemak yang optimal. Seekor ternak potong dianggap mempunyai nilai ekonomis tinggi bila produksi karkas yang dihasilkan tinggi. Didalam penilaian komposisi karkas ada tiga variabel yang penting yaitu tulang, daging dan lemak karkas, apabila ada proporsi yang lebih besar maka salah satu variabel akan memiliki proporsi yang lebih sedikit atau kedua variabel sebagai sisanya.

        Domba jantan dan betina memiliki persentase karkas yang berbeda. DEG jantan memiliki persentase karkas 49,86±0,60 %, sedangkan untuk DEG betina hanya 44,64±3,58. Hal ini dapat disebabkan karena ternak betina mempunyai organ-organ yang ada di rongga dada dan perut yang lebih tinggi bobotnya, sehingga proporsi karkasnya menjadi lebih kecil.

Komposisi fisik karkas baik pada domba jantan maupun betina memiliki kecenderungan yang sama, yakni proporsi yang paling banyak adalah daging (57,50% jantan, 63,06% betina) kemudian diikuti proporsi tulang (25,5% jantan, 21,48% betina) dan yang paling sedikit adalah lemak (17,99% jantan, 15,46% betina).

KESIMPULAN

DEG memiliki potensi yang lebih dikembangkan lagi di wilayah Jawa Timur. Hal ini karena domba memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi terhadap lingkungan dan ketersediaan pakan di Jawa Timur cukup melimpah. Dalam rangka pengembangan budidaya DEG ini harus disertai manajemen pemeliharaan yang baik, meliputi pemilihan bibit yang tepat, perkandangan baik sesuai, pemberian pakan yang bemutu bagus serta perhatian terhadap kesehatan ternak. Pemberian pakan yang sesuai standart baik kualitas maupun kuantitas akan memberi pengaruh positif pada presentase karkas domba yang dihasilkan.

REFERENSI

Mohapatra, Arpita., Shinde., A.K. 2018. Fat-Tailed Sheep-an Important Sheep Genetic Resource For Meat Production in Tropical Countries: An Overview. Indian Journal of Small Ruminants 2018, 24 (1): 1-17.

Triana, Irma Norma., Ratnasari, Rr. Ratih., Azmijah, Ajik. 2017. Program Penggemukan Ternak Domba Ekor Gemuk Di Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban.  Jurnal Layanan Masyarakat Universitas Airlangga, Volume 01 Nomor 02 Tahun 2017, 51–55.

Saifudin, Ali., Aini, Lia Nur., Aliyah., Badani, Milal. 2018. Tata Laksana Penggemukan Domba Di CV Angkasa Tujuh Bojonegoro. Jurnal Inovasi Penelitian Vol. 2 Desember 2018.

Ashari, M., Suhardiani, Rr. Agustien., Andriati, Rina. 2018. Produksi dan Komposisi Fisik Karkas Domba Ekor Gemuk yang Dipelihara Secara Tradisional di Lombok. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume 4 (1): 191-198.

 

Monday, November 30, 2020

POTRET PENERBITAN SURAT KETERANGAN LAYAK BIBIT TERNAK KABUPATEN PAMEKASAN

 Oleh : Rais Husein Fathoni

Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk serta kesadaran gizi masyarakat Indonesia, berbanding lurus dengan peningkatan permintaan bahan pangan asal hewan seperti daging sapi. Namun kebutuhan tersebut belum sepenuhnya terpenuhi oleh produksi daging dalam negeri. Pada tahun 2019 tercatat kebutuhan daging sapi Nasional sebanyak 686.270,98 ton, sedangkan produksi daging dalam negeri hanya mampu memenuhi 490.420,77 ton. Sehingga Indonesia masih bergantung pada impor untuk menutup defisit kebutuhan daging sapi nasional.

Salah satu upaya mendukung swasembada daging sapi nasional diantaranya adalah dengan mengelola bibit yang berstandar untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas populasi. Bibit ternak yang beredar di masyarakat harus memiliki jaminan tertulis berupa sertifikat yang memberikan informasi berupa silsilah dan ciri-ciri keunggulan ternak, yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi benih dan bibit ternak terakreditasi seperti amanah Undang-undang nomor 41 tahun 2014. Penilaian sertifikasi mengacu berdasarkan standar manajemen mutu dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Namun kendala di lapangan terutama pada komoditas sapi, masih sedikitnya peternak yang menerapkan Good Breeding Practices (GBP) sehingga menyebabkan bibit ternak bersertifikat yang beredar di masyarakat belum maksimal.

Melihat kondisi masalah diatas, saat ini telah hadir terobosan pembelajaran bagi peternak untuk langkah awal memulai ke arah sertifikasi bibit melalui upaya penerbitan surat keterangan layak bibit ternak (SKLB). SKLB ternak diterbitkan oleh Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi/Kabupaten/Kota dengan mengacu pada penilaian kesesuaian standar yang telah ditetapkan (SNI/PTM/Standar daerah). Beberapa daerah di Indonesia telah mulai banyak menjalankan proses penerbitan SKLB sebagai upaya menjamin mutu bibit ternak yang beredar di masyarakat.

Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu daerah yang telah melaksanakan penerbitan SKLB ternak. Kabupaten Pamekasan berada di kawasan Pulau Madura Provinsi Jawa Timur yang terletak di perlintasan jalur jaringan jalan Sampang-Sumenep dengan luas wilayah 79.230 Ha dan terdiri dari 13 Kecamatan dan 189 Desa. Dengan luas wilayah tersebut tercatat populasi sapi potong pada tahun 2019 sebanyak 194.182 ekor. Sepanjang tahun 2020 berjalan, penerbitan SKLB ternak di Kabupaten Pamekasan dapat dilihat pada tabel berikut :

No

Kecamatan

Komoditas

Jumlah

1

Pasian

Bibit Sapi Madura

227

2

Batumarmar

Bibit Sapi Madura

64

3

Waru

Bibit Sapi Madura

92

Jumlah

383

Tabel 1. Data Sementara Penerbitan SKLB Pamekasan Tahun 2020

Data sementara menunjukkan bahwa penerbitan SKLB ternak di Kabupaten Pamekasan Tahun 2020 sebanyak 383 lembar dengan keseluruhan komoditas ternak bibit sapi potong rumpun madura. Capaian penerbitan SKLB di Pamekasan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti aspek teknis, aspek budaya dan aspek ekonomi.

Aspek teknis yang mendukung penerbitan SKLB tidak lepas dari upaya pengelolaan wilayah sumber bibit (wilsumbit) serta sinergitas antara Dinas teknis dengan peternak wilayah setempat. Kabupaten Pamekasan memiliki wilsumbit Sapi Madura yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI, yaitu di Kecamatan Pakong, Pasian, Batumarmar dan Waru (PAPABARU). Data populasi Sapi Madura di wilayah sumber bibit PAPABARU dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

No

Kecamatan

Populasi (Ekor)

Jantan

Betina

Jumlah

1

Pakong

1.497

9.530

11.027

2

Pasean

963

21.220

22.183

3

Batu Marmar

9.394

14.613

24.007

4

Waru

4.900

13.203

18.103

Jumlah

16.754

58.566

75.320

Tabel 2. Data Populasi Sapi Madura di Wilayah Sumber Bibit PAPABARU

Penetapan wilsumbit Sapi Madura di Pamekasan menjadi modal bagi Dinas teknis (Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan) untuk melaksanakan upaya pengelolaan guna menjaga kemurnian dan populasi Sapi Madura pada empat kecamatan tersebut. Pengelolaan wilsumbit Sapi Madura yang selama ini telah dilaksanakan salah satunya adalah penyelenggaraan kegiatan uji performans secara konsisten sehingga bibit yang memenuhi  standar dapat diterbitkan SKLB. Kegiatan uji performans di Pamekasan dapat berjalan baik karena mampu menarik minat dan partisipasi masyarakat peternak.  

Faktor budaya yang dimiliki masyarakat Madura khususnya Pamekasan turut mendorong peternak untuk memiliki Sapi Madura yang berkualitas. Cukup banyak pagelaran dan kearifan budaya lokal masyarakat yang melibatkan Sapi Madura, seperti kontes sapi sonok, karapan sapi maupun adanya perkumpulan taccek atau pajangan sapi. Sapi Madura yang memiliki SKLB tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi peternak di wilayah Pamekasan.

Sedangkan faktor lainnya yang mendorong penerbitan SKLB di Pamekasan adalah dari segi aspek ekonomi. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa Sapi Madura ber-SKLB memiliki nilai pasar diatas rata-rata. Kisaran harga Sapi Madura yang memiliki SKLB dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

 

Harga Pasar (Rupiah)

Grade 1

Grade 2

Grade 3

Pejantan

40 - 50 Juta

25 - 35 Juta

15 - 20 Juta

Betina

30 - 70 Juta

15 - 25 Juta

8 - 10 Juta

Tabel 3. Kisaran Harga Sapi Madura Ber-SKLB

Pelabelan grade pada tabel 3. diatas berdasarkan penilaian kesesuaian ternak terhadap standar SNI 7651.2 tahun 2013 tentang standar bibit Sapi Madura. Tingginya harga jual bibit Sapi Madura yang memiliki SKLB menjadi daya tarik peternak untuk mengusulkan ternaknya dalam memperoleh penerbitan SKLB dari Dinas terkait.