Oleh Rais Husein Fathoni
Daging dan susu
saat ini menjadi salah satu menu populer
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Sehingga fenomena ini berdampak positif
terhadap peningkatan permintaan masyarakat akan produk protein asal ternak
ruminansia tersebut. Tingginya permintaan tersebut harus bisa diimbangi dengan
peningkatan produksi, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini
bertujuan agar Indonesia dapat menjadi negara mandiri pangan.
Kondisi peternakan
di Indonesia saat ini masih di dominasi oleh peternakan rakyat. Peternakan
rakyat ditandai dengan banyaknya jumlah peternak, namun ternak yang dipelihara
jumlahnya sedikit. Umumnya tujuan pemeliharaan ternak hanya digunakan sebagai
kegiatan sampingan, karena profesi utamanya sebagian besar adalah petani.
Selain itu, penggunaan pakan dalam pemeliharaan biasanya hanya mengandalkan
limbah pertanian seperti jerami padi yang dapat menurunkan produksi dan
reproduksi ternak. Hal-hal tersebut menjadi salah satu faktor lambatnya
pertumbuhan populasi sapi di Indonesia.
Salah satu upaya
pemerintah dalam meningkatkan kuantitas maupun kualitas sapi adalah dengan melaksanakan progam nasional upaya khusus
sapi/kerbau indukan wajib bunting (UPSUS SIWAB). Upsus siwab merupakan program
percepatan peningkatan populasi sapi/kerbau dengan beberapa kegiatan, seperti penanganan
gangguan reproduksi, pelayanan inseminasi buatan (IB), pemeriksaan kebuntingan
dan pelaporan kelahiran sesuai dengan target yang telah ditentukan. Pada
Pelaksanaan program upsus siwab 2019, Kementerian pertanian memiliki target
nasional 3 juta akseptor IB dengan menghasilkan jumlah kebuntingan 2,1 juta
induk dan dapat melahirkan 1,68 juta ekor anakan sapi/kerbau. Sedangkan di
wilayah provinsi Jawa Timur memiliki target 1,3 juta akseptor IB, 910.000
indukan bunting serta 728.000 ekor kelahiran.
Tingkat
keberhasilan IB dipengaruhi oleh mutu semen beku, kondisi induk (BCS) sapi yang
akan di IB, ketepatan deteksi birahi dan kecepatan melapor kepada petugas,
serta keterampilan inseminator di lapangan, faktor kesehatan hewan dan
manajemen pakan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya interaksi pengaruh
genetik dengan kondisi lingkungan (Dwiyanto dan Inounu, 2009). Semen beku
adalah semen cair dari ternak pejantan yang telh ditambah pengencer sesuai
prosedur, kemudian dikemas dalam straw dan dibekukan pada suhu -196ᵒC. Semen
beku tersebut berasal dari pejantan unggul terpilih yang sudah melewati seleksi
berdasarkan kemampuan produksi dan reproduksi keturunannya dalam suatu
ras/bangsa tertentu. Semen beku sapi yang beredar di Indonesia terdiri dari
bermacam-macam bangsa/ras, mulai dari sapi lokal (madura, bali, PO, dll) hingga
sapi eksotik (simmental, limousin, dll).
Berdasarkan target
pelaksanaan program upsus siwab diatas, dipastikan daerah-daerah di Jawa Timur
akan masuk semen beku dari berbagai ras/bangsa sapi dalam jumlah yang banyak. Sehingga
diperlukan informasi mengenai sebaran semen beku yang digunakan oleh setiap
daerah di wilayah Jawa Timur. Hal ini dapat digunakan sebagai acuan dalam
menghitung populasi dan ras/bangsa ternak sapi/kerbau di suatu daerah-daerah.
Sebaran Distribusi Semen Beku BIB Lembang di Wilayah Jawa Timur Tahun 2019