I.
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Endokrin disebut juga
kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus untuk
mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin dinamakan hormon. Hormon
berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara
lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi
serta koordinasi tubuh (Ulfhitha, 2012).
Sistem endokrin hampir selalu
bekerja sama dengan sistem saraf, namun cara kerjanya dalam mengendalikan
aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf. Ada dua perbedaaan cara kerja antara
kedua sistem tersebut. Kedua perbedaan tersebut adalah sebagai berikut
(Ulfhitha, 20112) :
1.
Dibandingkan dengan sistem saraf,
sistem endokrin lebih banyak bekerja melalui transmisi kimia.
2.
Sistem endokrin memperhatikan waktu
respons lebih lambat daripada sistem saraf. Pada sistem saraf, potensial aksi
akan bekerja sempurna hanya dalam waktu 1-5 milidetik, tetapi kerja endokrin
melalui hormon baru akan sempurna dalam waktu yang sangat bervariasi, berkisar
antara beberapa menit hingga beberapa jam. Hormon adrenalin bekerja hanya dalam
waktu singkat, namun hormon pertumbuhan bekerja dalam waktu yang sangat lama.
Di bawah kendali sistem endokrin (menggunakan hormon pertumbuhan), proses
pertumbuhan memerlukan waktu hingga puluhan tahun untuk mencapai tingkat
pertumbuhan yang sempurna.
Dasar dari sistem endokrin adalah
hormon dan kelenjar (glandula), sebagai senyawa kimia perantara, hormon akan
memberikan informasi dan instruksi dari sel satu ke sel lainnya. Banyak hormon
yang berbeda-beda masuk ke aliran darah, tetapi masing-masing tipe hormon
tersebut bekerja dan memberikan pengaruhnya hanya untuk sel tertentu (Ulfhitha,
2012).
|
Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu sebagai berikut (Ulfhitha, 2012) :
1.
Sel Neusekretori, adalah sel
yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi berfungsi sebagai penghasil hormon.
Contoh sel neusekretori ialah sel saraf pada hipotalamus. Sel tersebut
memperhatikan fungsi endokrin sehingga dapat juga disebut sebagai sel
neuroendokrin. Sesungguhnya, semua sel yang dapat menghasilkan sekret disebut
sebagai sel sekretori. Oleh karena itu, sel saraf seperti yang terdapat pada
hipotalamus disebut sel neusekretori.
2.
Sel endokrin sejati, disebut
juag sel endokrin kelasik yaitu sel endokrin yang benar-benar berfungsi sebagai
penghasil hormon, tidak memiliki bentuk seperti sel saraf. Kelenjat endokrin
sejati melepaskan hormon yang dihasilkannya secara langsung ke dalam darah
(cairan tubuh). Kelenjar endokrin sejati dapat ditemukan pada hewan yang
memepunyai sistem sirkulasi, baik vertebrata maupun invertebrata. Hewan
invertebrata yang sering menjadi objek studi sistem endokrin yaitu Insekta,
Crustaceae, Cephalopoda, dan Moluska. Kelenjar endokrin dapat berupa sel
tunggal atau berupa organ multisel.
Progesteron
memiliki peranan dominan dalam meregulasi siklus estrus. Selama fase diestrus
corpus luteum yang bekerja dengan optimal, konsentrasi progesteron yang tinggi
menghambat pelepasann FSH dan LH melalui kontorl umpan balik negatif dari
hypothalamus dan anterior pituitary. Progesteron juga menghambat perilaku
estrus. Diharapkan pada kondisi kehamilan , konsentrasi progesterone yang
tinggi menghambat pelepasan hormon gonadotropin sebaik menghambat perilaku
estrus penigkatan kecil pada LH yang terjadi selama fase diestrus merupakan
faktor untuk mempertahankan fungsi corpus luteum. Pada pertengahan fase
diestrus meningkatkan pertumbuhan folikel dan estrogen, yang dididahului dengan
menigkatnya FSH, yang sebenarnya merupakan perubahan kecil jika dibandingkan
pada perubahan yang terjadi selama fase estrus. Jika betina tidak mengalami
kehamilan selama fase awal estrus, PGF2 akan dilepaskan dari uterus dan dibawa
menuju ovari (Soewolo, 2000).
II.
|
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Endokrin
Sistem
endokrin disebut juga sistem kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak
mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar
endokrin disebut hormon. Hormon berasal dari kata hormaein yang artinya
“membangkitkan”. Hormon berperan dalam mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh
hewan, antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan,
dan integrasi serta koordinasi tubuh. Fungsi Sistem Endokrin, yaitu:
- Mengatur
metabolisme organik dan H2O serta keseimbangan elektrolit.
- Menyebabkan
perubahan adaptasi untuk membantu tubuh menghadapi tekanan stress.
- Mengatur
perkembangan dan pertumbuhan tubuh.
- Mengotrol
reproduksi.
- Mengatur
produksi sel darah merah.
- Bersama
denga sistem saraf otonom, mengontrol dan menyatukan baik sirkulasi dan
pencernaan serta absorpsi makanan.
B. Kelenjar dan Hormon pada Ternak
Jantan
Hormon
adalah zat kimia organik yang diproduksi oleh sel-sel khusus dalam tubuh tanpa
saluran yang dirembeskan melalui aliran darah dalam jumlah kecil dapat
menghambat/ merangsang aktivitas fungsional organ target spesifik. Seluruh
organism multiseluler menghasilkan hormon. Hormon dihasilkan oleh kelenjar
endokrin, tetapi hampir disetiap jenis sistem organ dan jaringan pada tubuh
hewan hormon dihasilkan. Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin yaitu
Hypothalamus, Hypofisis, Thyroid, Parathyroid, Pancreas (pulau Langerhan),
Adrenal (medula dan korteks), Gonad (ovarium dan testes), Plasenta, Thymus,
Membran Mucosa Usus. Ciri-ciri hormon:
·
|
Hormon diproduksi dan disekresikan ke dalam darah oleh
sel kelenjar endokrin dalam jumlah yang sangat kecil.
·
Hormon diangkut oleh darah menuju
sel (jaringan target).
·
Hormon mengadakan interaksi dengan
reseptor khusus yang terdapat di sel target.
·
Hormon mempunyai pengaruh
menngaktifkan enzim khusus.
·
Hormon mempunyai pengaruh tidak
hanya terhadap satu sel target, tapi juga dapat mempengaruhi beberapa sel
target yang berlainan.
Hormon disekresikan langsung ke dalam
pembuluh darah, tetapi ada yang disekresikan langsung kelingkungan luar atau
disebut hormone ectohormon. Hormone berpindah melalui sirkulasi atau difusi
pada sel targetnya. Pergerakan hormon pada sel target yang berada didekatnya
dalam jaringan yang sama disebut sebagai aksi parakin. Fungsi hormon adalah
sebagai pemberi signal pada sel target. Aksi hormon ditentukan oleh pola
sekresi dan signal tranduksi jaringan penerima.
Aksi hormon bervariasi secara luas,
meliputi stimulasi atau hambatan pertumbuhan, induksi atau supresi apoptosis (
kematian sel terprogram), aktivitas atau inhibisi sistem imun, regulasi dan
prepasi aktivitas baru ( berkelahi, kawin, dll) atau fase kehidupan (pubertas,
bunting, monopouse). Dalam beberapa kasus, satu hormon mungkin meregulasi
produksi dan pelepasan hormon lain. Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada
seluruh organisme multiseluler. Signal tranduksi adalah beberapa proses dimana
satu sel mengkonvensi satu jenis signal atau stimulus pada sel lain.
Kelenjar
penghasil hormon reproduksi:
- Hipothalamus
: gnrh; trh; pih; oksitosin, vasopresin (adh/anti diuretic hormone)
- Hipofisis
: hipofisis anterior : fsh; lh; pr
hipofisis posterior : oksitoxin ; vasopresin
- Gonad
(ovarium dan testes) : e2; p4; t4; inhibin dan relaksin
- Uterus
: relaksin; pgf
- Plasenta
: hcg; protein b
1.
HORMON PADA HIPOTHALAMUS
a.
Gonadotropin Releasing Hormon( GnRH)
Gonadotropin releasing hormon( GnRH) ini
bertanggung jawab untuk pelepasan FSH dan LH dari hipofisa anterior. GnRH
dipertimbangkan sebagai neurohormon yaitu hormon yang menghasilkan sel neuron
spesifik dan dilepaskan pada terminal neuronnya. Daeran utama produksi GnRH
adalah pada preoptik area hipothamus, yaitu berisi kebanyakan neuron yang
mensekresikan GnRH. GnRH disekresikan pada pembuluh portal hipofisal pada
median eminence. Pembuluh darah yang membawa GnRH mengaktifkan reseptornya
sendiri yakni gonadotropin – releasing hormone receptor (GnRHR) yang berlokasi
dalam membran sel. Terdapat sekresi berbeda GnRH pada hewan jantan dan betina.
Pada jantan, GnRH disekresikan dalam pulsa dengan frekuensi konstan, tetapi
pada hewan betina frekuensi pulsa bervariasi selama siklus estrus dan terdapat
GnRH surge sesaat sebelum ovulasi.
GnRH berfungsi menstimulasi sintesis dan
sekresi folikel stimulating hormon (FSH) dan luteulizing hormon (LH). Proses
tersebut dikontol oleh ukuran dan frekuensi GnRH. Sekresi GnRH penting untuk
mengatur siklus reproduksi. Oleh karena itu , hormon tunggal GnRH mengontrol
proses kompleks seperti pertumbuhan folikel, ovulasi dan pemeliharaan kurpus
luteum pada hewan betina dan spermatogenesis pada hewan jantan. Pada hewan
domestik, terdapat 3000- 4000 neuron GnRH. Regulasi reproduksi diatur terjadi
melalui sekresi gonadotropin pituitari yang melibatkan hormon LH dan FSH.
Sekresi hormon ini diatur oleh feedbeck positif dan feedback negatif tergantung
pada fase siklus steroid gonad dan stimulasi pelepasan GnRH.GnRH ( gonadotropin
– releasing hormone) juga dikenal sebagai luteulizing hormone – release ( LHRH)
berfungsi sebagai menstimulasi sekresi LH dan FSH.
2.
HORMON HIPOFISA
a.
FOLIKEL STIMULATING HORMONE ( FSH )
Folikel stimulating hormone ( FSH )
adalah hormon yang disintesis dan disekresikan oleh gonadotrop dalam glandula
hipofisa anterior. Didalam ovarium, FSH menstimulasi perkembangan folikel de
graaf immatur menjadi matur. Ketika folikel bertumbuh, folikel melepaskan
inhibin, yang berfungsi menekan produksi FSH. Pada hewan jantan, FSH berfungsi
meningkatkan protein androgen – binding oleh sel sertoli testes dan perlu untuk
spermatogenesis.
FSH adalah suatu glikoprotein yang
terdiri dari rantai alpha dan rantai beta. Rantai alpha yang sama ditemukan
pada LH dan rantai beta yang terdiri 115 asam amino. masing – masing
glikoprotein terdiri dari unit monomer adalah suatu molekul protein dan gula
yang melekat padanya. Pada hewan jantan dan betina, FSH menstimulasi pematangan
sel germinal. Pada hewan betina, FSH mengisiasi pertumbuhan folikel, ddan
berperan juga dalam proses ovulasi. Ketika inhibin meningkat, level FSH
kemudian menjadi turun. Hal ini perlu untuk seleksi foikel yang akan ovulasi.
Sintesis dan pelepasan FSH dipacu oleh GnRH dari hipothalamus. Pemberian FSH
pada hewan akan menginduksi superovulasi atau perkembangan jumlah folikel lebih
dari normal, dan akibatnya meningkatkan jumlah gamet matur.
b.
LUTEINIZING HORMONE ( LH )
Leteinizing hormone (LH) adala hormon
yang disintesis dan disekresikan oleh gonadotrop dalam glandula hipofisa
anterior. Hormon ini merupakan salah satu hormon untuk fungsi seksual. Selain
hormon FSH, hormon LH juga disintesis dalam sel hipofisa yang sama seperti FSH
dan distimulasi oleh GnRH. Struktur hormon LH ialah glikoprotein, dengan satu
protein dimer, masing – masing monomer berhubungan dengan gula. Strukturnya
mirip dengan FSH, hCG, TSH. Protein dimer terdiri dari 2 unit polipeptida yakni
sub unit alpha dan sub unit beta. Sub unit alpha LH, FSH, TSH dan hCG adalah
identik, berisi 92 asam amino. Asam unit sub beta bervariasi. Hormon LH
mempunyai sub unit beta dengan 121 asam amino yang memberikan aksisi biologis
spesifik dan bertanggung jawab untuk interaksi dengan reseptor LH. Bagian gula
hormon initerdiri dari fruktosa, galaktosa, mannosa, galaktosamine, dan asam
sialat. Asam sialat penting untuk half life biologisnya yang hanya sekitar 20
menit. Pada hewan jantan LH juga dikenal sebagai iterstitial cell stimulating
hormone (ICSH). LH menstimulasi produksi seks steroid dari gonad. Respon LH
terhadap Sel–sel leydig pada testes hewan jantan akan mensekresikan hormon
testosteron.
3.
HORMON INHIBIN
Inhibin adalah hormon glikoprotein
yang diproduksi oleh sel sertoli dalam tubulus seminiferus dari testis hewan
jantan dan oleh sel granulosa dari folikel pada ovarium hewan betina. Sekresi
inhibin oleh kedua jenis kelamin hewan ini dapat menghambat pelepasan FSH dari
hipofisa anterior tanpa mempengaruhi pelepasan LH. Ditinjau dari stuktur
kimianya inhibin adalah termasuk hormon glikoprotein dengan BM 32kDa dan
mempunyai dua ikatan peptida yang disebut sebagai subunit alpha dan beta.
Sintesa inhibin terjadi dalam sel
sertoli yang ada di dalam tubulus seminiferus pada testis dan sel granulosa
dari folikel ovarium yang diatur oleh hormon-hormon dari hypothalamus dan
hipofisa anterior. Gonadotrophin Releasing Hormon (GnRH) yang dihasilkan dari
hypothalamus bekerja pada sel basofil dari hipofisa anterior untuk mendorong sintesa
dan sekresi gonadotrophin. GnRH berikatan dengan reseptor yang ada di permukaan
sel membran dari sel basoplhil hipofisa anterior. Ikatan tersebut akan
mengaktifkan enzim adenil siklase, suatu enzim yang diperlukan untuk katalisa
ATP menjadi cAMP. \ Selanjutnya cAMP mengaktifkan protein kinase dan
mempengaruhi proses fosforilase protein di dalam inti sel sehingga terjadi
transkripsi DNA dan menghasilkan mRNA berjajar di permukaan membentuk polisom. Transkripsi RNA yang membawa asam amino
bergerak menuju ribosom. Asam amino- asam amino yang dibawa tRNA akan
diterjemahkan oleh mRNA melalui proses transkripsi dan translasi untuk dibentuk
protein khusus sesuai dengan kodon-kodon dari mRNA. Protein yang terbentuk
dalam retikulum endoplasmic akan bergerak menuju golgi aparatus untuk
dipadatkan membentuk granula sekretoris. Granula sekretoris bergerak ke tepi
menuju dinding sel membran untuk dikeluarkan isinya menuju peredaran darah. Pada
hewan jantan inhibin dihasilkan oleh sel sertoli pada testes. Inhibinmelalui
umpan balik negatif akan menghambat sekresi FSH dari hipofisa anterior.
Sedangkan testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig dibawah pengaruh hormon
LH mempunyai mekanisme umpan balik negatif terhadap hypothalamus dan hipofisa
sehingga menghambat sekresi gonadotrophin oleh hipofisa anterior.
4.
HORMON TESTIS
a.
TESTOSTERON
Testosteron adalah hormon steroid dari
kelompok androgen. Penghasil utamanya adalah testis pada jantan dan folikel
pada ovarium betina. Baik bagi jantan atau betina, Testosteron memiliki peranan
penting pada kesehatan. Fungsinya adalah meningkatkan libido,fungsi
imun,energi,dan perlindungan dari osteoporosis. Namun pengaruh testosteron
lebih besar bagi hewan jantan. Bagi hewan jantan,testosteron merupakan hormon
seks yang punya peran pentng dalam fungsi seksual,produksi sperma,pembentukan
otot. Rendahnya kadar hormon ini menyebabkan seseorang mengalami kelelahan
kronis, gangguan mortalitas.
Riset membuktikan bahwa hormon
testosteron dalam jumlah yang normal sangat penting untuk mengurangi resiko
diabetes dan penyakit kardiovaskular/peredaran darah pada hewan carnivora. Kadar
testosteron yang normal adalah berada di kisaran 12 nmol/1 sampai 40 nmol/1.
Jika kurang dari itu,maka mengidap sindrom kekurangan testeron.
b.
ANDOGEN
Andogen adalah hormon steroid yng berperan
dalam merangsang dan pengendalian pembangunan serta pemeliharaan karakteristik
sifat kejantanan dengan meningkatkan reseptor androgen. Androgen merupakan
dasar dari anabolik steroid. Juga menjadi pelopor dari semua estrogen.
|
DAFTAR PUSTAKA
Soewolo.
2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah.
Ulfhitha,
Desi, 2012. Sistem Endokrin. http://desyyulfitha.blogspot.com/ diakses pada
tanggal 1 April 2015 pukul 20.00 WIB, Surakarta.
No comments:
Post a Comment